Menunjang kebijakan rerouting dan konversi angkutan umum massal, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor segera melakukan pengecatan untuk jalur khusus. Nantinya jalur yang dijuluki 'karpet merah' itu digunakan sebagai jalur bus Transpakuan Koridor (TPK).
Menurut Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub Kota Bogor Theofilio Francinio Freitas, pengadaan kegiatan tersebut akan segera memasuki tahap lelang pada pertengahan April alias minggu depan. Pengerjaan tersebut diketahui memakan anggaran sebesar Rp800 juta. “Pekerjaannya pengecatan marka jalan angkutan umum masal. Akan segera dimulai lelang minggu depan, prosesnya sebulan kedepanlah, sampai pertengahan Mei. Sedangkan prosesnya akan dilaksanakan selama 60 hari sejak lelang selasi, sepanjang Cidangiang hingga Bubulak, dan sebaliknya. Jadi, kurang lebih sekitar 20 kilometer,” kata Theo, sapaan akrabnya, kemarin.
Theo menjelaskan, jalur khusus tersebut akan mirip dengan jalur khusus sepeda, namun dengan ukuran yang lebih lebar. Posisinya ada di lajur paling kiri dari tiap ruas jalan sebanyak 101 titik, yang masing-masing berukuran 2,5 x 5 meter. Begitu pula dengan pengecatan marka khusus di 28 titik shelter yang tersebat disepanjang Cidangiang-Bubulak. “Dari Cidangiang-Bubulak, ada 56 titik jarak per 200 meter, sedangkan jalur sebaliknya 45 titik jarak per 200 meter. Fungsinya jelas, untuk memberikan prioritas penggunaan lajur jalan paling kiri untuk angkutan umum massal. Nantinya juga akan digunakan bus TPK yang melewati jalur tersebut,” ucapnya.
Sementara, salah seorang supir angkot 03 Baranangsiang-Bubulak, Budi (28) menuturkan, pengadaan marka jalur khusus tersebut harus bisa membuat alur kendaraan menjadi teratur sehingga tidak acak-acakan seperti sekarang. Menurutnya, pengadaan pekerjaan marka jalan khusus ini bagus namun harus tetap diawasi jika nanti sudah dibuat. “Intinya pada saat sudah ada, nah angkot-angkot atau angkutan umum itu bakal lebih teratur atau tidak. Kalau sama saja, tetap acak-acakan mah buat apa,” katanya.
Rencana pembuatan jalur jalur khusus untuk bus TPK didukung Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno. Menurut dia, pembuatan jalur khusus berwarna merah tersebut dinilai tepat untuk menunjang jalannya bus yang digadang-gadang bisa memperbaiki sistem transportasi umum Kota Bogor tersebut. “Memang harusnya seperti itu, diawali rerouting menuju konversi angkutam umum massal, harus didukung dengan sarpras (sarana prasarana) yang baik, sehingga memudahkan sopir maupun pengguna, begitu pula dengan pengendara lain di jalan,” katanya kepada Metropolitan, kemarin.
Selain itu, sambung Djoko, pembuatan jalur khusus akan membuat laju angkutan TPK akan lebih lancar dan tepat waktu. Menurutnya, hal ini membantu kesuksesan program rerouting dan konversi angkot. “Kan itu tujuannya, supaya lebih cepat, lebih lancar, dengan adanya jalur khusus, jalur sendiri, lebih baik lah. Punya bus line sendiri, sehingga lebih lancar, kan supaya tepat waktu,” ujarnya.
Namun, Djoko mengingatkan program ini harus dikerjakan dengan serius. Sebab, kebijakan ini juga punya dampak signifikan di lapangan, salah satunya resiko jalan menjadi lebih sempit. “Asal serius, berkesinambungan, komitmen juga. Bisa ditiru kebijakan di Jawa Tengah, operatornya dari pengusaha yang lama, mereka yang adakan kendaraan bus-nya, nah pemerintah yang beri subsidi. Koordinasinya harus kuat,” katanya.
Soal jalan yang menyempit, kata dia, tidak masalah. Aasal frekuensi angkutan umumnya jelas, misal tiap 10-15 menit dan jangkau hingga kawasan pemukiman. Sementara itu, seorang sopir angkot Nurdin (26) menerangkan, pembuatan jalur khusus ini memang bakal menunjang kelancaran laju kendaraan nantinya, karena ada jalur sendiri sehingga bisa lebih tepat waktu. “Kan punya jalur sendiri, harusnya lebih lancar dan pulang pergi tepat waktu,” ujarnya.
(ryn/c/els)