Minggu, 21 Desember 2025

Anggota DPRD Pun Jadi 'Korban' RSUD

- Jumat, 25 Mei 2018 | 09:00 WIB

-

Buruknya pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong tak hanya dikeluhkan warga. Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bogor Saptariyani pun pernah mendapat perlakuan tak menyenangkan dari petugas rumah sakit pelat merah tersebut.

Antrean warga mengambil nomor urut sejak subuh rupanya sudah menjadi perhatian para wakil rakyat di DPRD Kabupaten Bogor. Dengan sistem sandal, menunjukkan buruknya pelayanan. Padahal, RSUD Cibinong yang jaraknya dekat dengan pusat pemerintahan itu harus menjadi contoh bagi rumah sakit lain. “Saya sering mendapat pengaduan dari berbagai pihak tentang buruknya pelayanan di rumah sakit tersebut,” tuturnya kepada Metropolitan, tadi malam.

Bahkan Bendahara DPC PDI Perjuangan ini pernah mengalami nasib sama dengan warga Kabupaten Bogor lainnya. “Jangankan warga, saya juga secara pribadi pernah mengalaminya langsung,” jelas istri mantan Wakil Bupati Bogor Karyawan Fathurachman ini.

Ia mengaku sejak jauh hari mengingatkan pengelola rumah sakit untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja pelayanannya terhadap masyarakat. Namun pihak rumah sakit seolah tidak mengindahkan imbauan dari para pemangku jabatan yang ada di Bumi Tegar Beriman. “Saya beserta rekan-rekan sudah pernah mengingatkan pepada pihak terkait untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada warga, tapi nggak tahu dilaksanakan apa tidak. Nanti kita selediki bersama,” katanya.

Sebelumnya, sejumlah pasien RSUD Kabupaten Bogor mengeluhkan panjangnya antrean pengambilan nomor urut. Beberapa pasien rela berangkat ke RSUD Cibinong di pagi buta. Terlebih warga yang tinggal di pelosok Kabupaten Bogor. Pudin salah satunya. Sejak pukul 01:30 WIB, warga Desa Pabuaran, Kecamatan Sukamakmur itu sudah berangkat ke RSUD Cibinong untuk mengambil antrean nomor urut. Butuh waktu satu jam setengah untuk sampai di rumah sakit pelat merah tersebut. Itu pun Pudin harus bersabar lagi menunggu antrean nomor urut. “Sampai di sini sudah jam tiga,” kata Pudin sembari duduk selonjoran.

Pudin mengatakan, antrean nomor urut itu dipakai untuk proses pendaftaran. Belum termasuk antrean di poli sesuai penyakit pasien. “Makanya istri saya masih di rumah. Nanti kalau sudah didaftarin, baru saya ambil (membawa istri, red),” tuturnya.

Pantauan Metropolitan, sebelum azan subuh, aktivitas antrean semakin terlihat di pintu gerbang. Hampir semua pasien berinisiatif meletakkan barang-barangnya di lantai sebagai tanda pemiliknya mengantre. Itu pula yang dilakukan Pudin yang sengaja menaruh sandal jepitnya di deretan antrean.

“Duh, mau sampai kapan begini?”celetuk seorang wanita paruh baya yang terlihat lelah menunggu antrean panjang di selasar rumah sakit. Hingga begitu pintu gerbang rumah sakit dibuka satpam, mereka berbaris teratur sesuai barang yang diletakkan pemiliknya masing-masing.

(ogi/c/els/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X