Senin, 22 Desember 2025

Lestarikan Jatidiri Kesundaan

- Sabtu, 2 Juni 2018 | 08:57 WIB

-

METROPOLITAN – Di tengah era globalisasi dan teknologi modern, seni dan budaya lokal seperti budaya Sunda seakan mulai luntur dalam kehidupan sehari-hari, terlebih bagi generasi muda. Melecut semangat dalam melestarikan kearifan lokal yang mulai hilang digerus zaman tersebut, Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kota Bogor (DK3B) mengadakan saresehan dengan tema 'Ngaguar Sastra Sunda' di ruang Paseban Sri Baduga, Balai Kota Bogor, akhir pekan lalu.

Kata 'Ngaguar' sengaja dijadikan tagline, karena punya arti mengupas, menggali, berbagai sastra sunda. Untuk membangkitkan kembali semangar melestariakn budaya sunda. Khususnya bentuk sastra pada generasi sekarang,” kata Ketua Harian DK3B Arifin Himawan kepada Metropolitan, kemarin.

Pihaknya merasa prihatin dan miris melihat banyak anak-anak muda zaman now, agaknya melupakan budaya lokalnya. Alhasil, melalui sarasehan ini diharapkan bentuk nyata kepedulian dalam melestariakan budaya dan kearifan lokal bisa ditularkan oleh guru-guru sekolah yang ada di Kota Hujan. “Makanya sengaja diundang pula guru-guru, supaya bisa menularkan budaya sunda, pada anak didiknya,” ucap Ahim, sapaan akrabnya.

Ahim mengemukakan, hal ini sebagai bentuk nyata dorongan kepada Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor. Sejalan dengan keinginan adanya tenaga pendidik khusus budaya dan sastra Sunda di sekolah-sekolah. Tidak hanya isapan jempol. DK3B pun merencanakan penerbitan buku tentang sastra Sunda, yang dibuat sendiri, untuk disalurkan ke dinas-dinas dan sekolah-sekolah se-Kota Bogor. “Sehingga siapapun nanti yang menimba ilmu di sekolah bisa mengetahui tentang budaya lokal Kota Bogor. Bentuk nyata memang tidak boleh setengah-setengah,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Pelaksana Sarasehan Galih Ariaputra menuturkan, dalam sarasehan kali ini diungkapkan betapa pentingnya mempertahankan jatidiri kesundaan di tengah derasnya budaya kekinian. Apalagi, mengingat tidak semua orang Sunda, khususnya di Kota Bogor memahami tentang keberadaan bahasa induknya, terlebih lagi berkaitan dengan sastra Sunda. “Kegiatan ini bertujuan untuk kembali membuka pemahaman bagi masyarakat sunda tentang pentingnya mempertahan jatidiri di tengah derasnya pengaruh budaya kekinian,” kata lelaki yang juga Ketua Komisi Sastra pada DK3B ini.

Menurut Galih, Jatidiri atau asal-usul Ki Sunda sangat penting dipahami masyarakat sunda. Dengan begitu, akan timbul rasa menghargai dan mencintai budayanya. Sehingga jatidiri ini bisa menjadi benteng sekaligus penyaring derasnya budaya luar. “Itulah pentingnya orang Sunda memahami, mengetahui terlebih memiliki jatidirinya,” ujar Galih yang juga Ketua Komisi Sastra DK3B. Acara komisi sastra DK3B tersebut diikuti oleh para budayawan, sastrawan dan para guru di Kota Bogor. Hadir dua pembicara yakni Djasepudin dan Deden Abdul Aziz.

(ryn/b/els)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X