Minggu, 21 Desember 2025

Pelayanan Bikin Ribet, Warga Kritik RSUD Ciawi

- Jumat, 8 Juni 2018 | 13:46 WIB

 
-
Pasca-diluncurkannya aplikasi pelayanan pasien berbasis teknologi yang dapat diope­rasikan dalam sistem android dan IOS di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ciawi beberapa waktu lalu, seolah tak memberikan dampak signifikan dalam melayani masyara­kat Kabupaten Bogor.

MESKI mendapat pujian dan sanjungan dari Bupati Bogor Nurhayanti, sistem tersebut seolah hanya kebo­hongan semata yang dipakai untuk menutupi bobroknya pelayanan kesehatan di Bumi Tegar Beriman.

Berada di Play Store sejak 14 Mei 2018 dan telah menga­lami pembaharuan sistem pada 2 Juni 2018, aplikasi ter­sebut baru di-download seki­tar 100 pengguna smartphone. Mirisnya, dari 100 orang yang sudah mengunggah aplikasi

 enam orang yang memberi ulaReservasi RSUD Ciawi, hanya san mengenai aplikasi kebang­gaan Kabupaten Bogor.­

Menggunakan pelayanan berbasis teknologi dinilai se­kelompok orang dapat men­jawab segala keluh kesah warga dalam mendapatkan pelayanan kesehatan layak. Namun sebaliknya yang ma­lah terjadi, kurangnya sosia­lisasi sistem pelayanan online diduga menjadi penyebab kurang efektifnya aplikasi kesehatan bernama ’Reser­vasi RSUD Ciawi’ tersebut.

Menanggapi hal tersebut, salah satu pasien RSUD Ciawi Hasanudin mengaku sempat kebingungan melihat adanya dua antrean yang terdapat tepat depan pintu masuk RSUD. Saat disinggung soal pendaftaran melalui online, Hasan sama sekali tidak mengerti cara men­goperasikan aplikasi tersebut. ”Saya sendiri nggak ngerti Mas, katanya kalau daftar online ng­gak usah antre. Tapi tetap kita harus antre,” tutur Hasan ke­pada Metropolitan, kemarin.

Ia menilai menunggu antrean merupakan kewajiban seluruh pasien. Ia juga baru lagi meny­ambangi RSUD dan sedikit kaget dengan perubahan pelayanan yang ada. ”Katanya otomatis tapi tetap masih harus antre. Saya sudah lama nggak ke sini, ma­kanya agak kaget,” jelasnya.

Disinggung soal mekanisme pendaftaran yang dipilih, ia lebih memilih mengambil nomor antrean di pagi hari selepas sahur. Bahkan, ia tidak mengerti sama sekali terkait pelayanan online yang telah diterapkan pihak RSUD. ”Saya tidak tahu mekanismenya, makanya saya minta tolong tetangga selepas sahur untuk ambil nomor antrean. Kalau nggak seperti itu mungkin selesai berobat sekitar pukul lima sore Mas, nggak tahan antreannya,” keluhnya.

Terpisah, Ketua Organisasi Kepemudaan Garuda KPP-RI, Reza Sang Ardya Alfarisi, men­gatakan, penggunaan pelayanan berbasis teknologi dinilai se­buah terobosan yang sangat baik dalam melayani masyara­kat. Tapi ia menilai pelayanan tersebut bakal memberikan dampak tersendiri bagi segelin­tir masyarakat. Ketidaktahuan masyarakat Kabupaten Bogor mengenali teknologi dinilai bakal menjadi hambatan bagi terobosan pelayanan tersebut.

Reza mengumpamakan se­perti halnya dua gambar yang ada pada satu koin logam. Ar­tinya, setiap kebijakan dan keputusan pasti memiliki risi­konya tersendiri. Ia juga men­contohkan seperti halnya pe­layanan BPJS secara online, hal tersebut bahkan mempersulit masyarakat dalam mendapat­kan bantuan kesehatan dari pemerintah. Bahkan antrean panjang dan berbagai keluhan masyarakat kerap kali mewar­nai perjalanan salah satu kebi­jakan pemerintah mengenai kesehatan tersebut. “Saya ingin pelayanan berbasis tek­nologi dapat menjadi solusi dan tidak menjadi masalah baru yang akan memperkeruh pe­layanan kesehatan,” terangnya.

Ketika Metropolitan coba meminta tanggapan pihak RSUD Ciawi, salah satu Humas RSUD Ciawi Heri mengatakan untuk berkoordinasi dengan Ita sela­ku kabid Tata Usaha. Semen­tara saat dikonfirmasi via tel­epon tadi siang, Ita mengaku tidak bisa menemui karena sedang tidak ada di tempat. “Besok saja datang lagi ya, saya sedang di luar,” katanya. (ogi/c/yok/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X