METROPOLITAN - Jelang peluncuran aplikasi pelayanan kesehatan berbasis teknologi yang bakal diluncurkan dalam waktu dekat, pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong diharapkan bisa mematangkan sistem yang digadang bakal menjadi solusi semerautnya pelayanan kesehatan di rumah sakit pelat merah tersebut.
Antrean panjang sandal pasien yang setiap hari terjadi saat pengambilan nomor antrean hingga berbagai pelayanan kesehatan yang bisa dibilang masih jauh dari harapan masyarakat, merupakan beberapa kasus yang kerapkali terjadi kepada pasien di Bumi Tegar Beriman.
Minimnya dampak positif apilikasi online yang diusung RSUD Ciawi, seharusnya menjadi contoh kecil dari kurang efektifnya pelayan berbasis teknologi terhadap warga Kabupaten Bogor. Namun, sepertinya hal ini tidak digubris manajemen pimpinan dr Camalia tersebut.
Kurangnya sosialisasi dari pengelola kepada masyarakat, diduga menjadi penyebab gagalnya sistem pelayanan yang bernama ‘Reservasi Online RSUD Ciawi’, yang dirilis pada Senin (14/5) di Google Play Store.
Menanggapi hal tersebut, anggota DPRD Komisi IV Kabupaten Bogor, Egi Gunandhi, mengaku sangat mengapresiasi inovasi yang dilakukan pihak RSUD mengenai pelayan kesehatan kepada masyarakat. Kendati banyak pihak menilai aplikasi tersebut kurang cocok bagi warga Bumi Tegar Beriman, dirinya mengaku pelayanan tersebut harus tetap diterapkan. “Kalau kita sekarang belum siap, mau kapan siapnya,” tutur Egi.
Ia menilai melakukan publikasi di berbagai media hingga menggandeng beberapa instansi untuk bekerjasama dalam melakukan sosialisasi, merupakan beberapa cara yang mesti diambil pengelola.
“Yang paling penting adalah menggandeng semua pihak yang bisa membantu untuk menyosialisasikan program tersebut,” jelasnya.
Terpisah, Ketua Umum Garuda KPP-RI, Reza Sang Ardya Alfarisi, menjelaskan, menjalankan program aplikasi dengan harapan melihat sejauh mana dampak yang ditimbulkan, merupakan salah satu tindakan pemborosan. Pembuatan aplikasi, pemutakhiran sistem, hingga beberapa program sosialisi untuk aplikasi tersebut, tentu menggunakan anggaran yang cukup besar.
“Membuat aplikasi sampai menyosialisasikannya kepada masyarakat pasti menggunakan anggaran. Kalau maksud dan tujuannya tidak tercapai atau mungkin aplikasi tersebut tidak bisa mengatasi permasalah kesehatan yang ada, maka anggaran kita dibuang secara cuma-cuma,” paparnya.
Reza juga meminta ketika hendak menerapkan suatu program atau kebijakan yang menyangkut masalah pelayanan masyarakat, harus melalui pengkajian matang dan persiapan panjang. Analisis dampak keberhasilan, efektivitas, kemudahan hingga kemaslahatan bagi warga, merupakan prioritas utama yangmesti dipikirkan.
“Intinya jangan sampai menghambur-hamburkan anggaran lebih untuk suatu program dan kebijakan yang belum pasti tingkat keberhasilannya,” katanya. Sementara hingga berita ini diturunkan, pihak RSUD Cibinong sepertinya enggan memberikan tanggapan saat Metropolitan mencoba mengkonfirmasinya, kemarin. (ogi/b/yok/py)
9