METROPOLITAN – Mangkrak sejak Maret tahun lalu, kondisi pembangunan Masjid Agung di Jalan Dewi Sartika, Kelurahan Cibogor, Kecamatan Bogor Tengah, memang memprihatinkan. Hingga kini proses lanjutan renovasi yang menelan APBD 2018 sebesar Rp10 miliar itu belum juga dilaksanakan. Hal itu memancing reaksi jamaah Forum Peduli Masjid Agung (FPMD) yang mengirimkan surat keluhan kepada Presiden Joko Widodo.
Ketua FPMD Kota Bogor, Haji Syamsudin, mengatakan, pihaknya terpaksa melakukan hal itu karena merasa keluhan soal Masjid Agung tak kunjung digubris Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor. Sejak awal tahun, dia bersama jamaah lainnya sangat berharap pembangunan bisa berlanjut. Nyatanya, hingga pertengahan tahun pun belum ada kegiatan sama sekali. Alhasil mereka terpaksa bersurat kepada presiden karena tidak tahu harus kemana lagi menyampaikan keluhan alias ’curhat’.
“Tidak tahu lagi ke mana harus mengadu. Tempat ibadah ini mangkrak tidak jelas nasibnya. Digunakan warga dan para pedagang sebagai pusat beribadah. Lokasinya juga tidak jauh dari Istana kepresidenan agar memperhatikan warganya. Mungkin mengingatkan pemkot supaya segera menyelesaikan (pembangunan),” katanya kepada Metropolitan, kemarin.
Dia mengaku sudah berulang kali menanyakan kepada pemkot, namun tidak pernah ada jawaban yang jelas dan terang tentang kelanjutan pembangunan masjid. Apalagi, kontraktor sebelumnya malah terjerat masalah hukum atas dugaan korupsi proyek pembangunan. “Apakah karena kasus itu, ya kami tidak tahu. Yang jelas sejak dibongkar, lalu pembangunannya tidak jelas, ya kesulitan ibadah, di awal kami tahunya dibangun lebih baik, sementara pindah ke Blok F. Nyatanya malah tidak jelas seperti sekarang,” paparnya.
Ia pun membandingkan dengan beberapa proyek pembangunan di Kota Bogor, seperti misalnya Lawang Salapan, taman-taman dan pedestrian, yang dengan mudahnya mendapat pembangunan. Sedangkan Masjid Agung, yang merupakan rumah ibadah besar dan bersejarah Kota Hujan, malah tidak mendapat prioritas. “Itu mah cepat rampung. Sedangkan, hak atas tempat ibadah, yang dulu ada justru makin tidak jelas. Pemkot seakan-akan tidak memprioritaskan. Padahal ini jelas rumah ibadah,” ketusnya.
Sementara itu, salah satu petugas penjaga masjid yang namanya enggan dikorankan menyebut, hingga kini dirinya bersama empat pekerja lain belum mendapatkan bayaran. Terlebih sejak proses renovasi masjid terhenti Maret tahun lalu. “Nggak jelas sampai sekarang. Kami saja belum dibayar-bayar ini.” singkatnya.
Sedangkan Kepala Subbagian Pengadaan Barang dan Jasa pada Setda Kota Bogor Aryamehr Khomsa mengatakan, saat ini proses lelang pembangunan Masjid Agung baru memulai pembukaan penawaran lelang, per 21 Juni lalu. Sudah ada delapan penyedia yang menawar di LPSE. ”Baru kemarin pembukaan penawaran lelangnya. Nah sekarang masuk proses evaluasi, kira-kira makan waktu satu sampai dua minggu,” ucapnya.
Setelah itu rampung, lanjut dia, baru penyedia bisa masuk dan memulai proses pembangunan masjid yang sudah ada sejak 70-an tersebut. ”Kalau cepat selesai ya bisa langsung masuk. Makanya mudah-mudahan prosesnya lancar. Jadi kelanjutan Masjid Agung, yang sudah mangkrak tidak ada pekerjaan, bisa segera dilanjut,” pungkasnya. (ryn/b/els/py)