METROPOLITAN – Setiap peringatan Hari Jadi Bogor, warga Kota Bogor melakukan tradisi Ngumbah (membersihkan) Tugu Kujang untuk menjaga bangunan agar tetap kokoh dan sebagai pelestarian budaya Kota Hujan.
Tahun ini, tradisi tersebut bakal berlangsung tiga hari sejak Minggu (29/7) dengan melibatkan 60 pemanjat se- Kota Bogor. ‘Ngumbah Tugu Kujang’ nyatanya tidak bisa sembarangan, sebab air yang digunakan berasal dari mata air pilihan.
Ketua Panitia Ngumbah Tugu Kujang, Cecep Toriq, mengatakan, air yang digunakan untuk ‘ngumbah tugu kujang’ berasal dari tiga mata air di beberapa titik di Kota Bogor. Kali ini, air berasal dari tiga mata air, yakni mata air di Kebun Raya Bogor (KRB), mata air di Cidangiang, dan mata air di bawah Hotel Amaroosa.
“Kenapa dipilih dari tiga (tempat) itu, karena percaya tidak percaya, dari sesepuh dan kami percaya ada cahaya yang keluar dari tiga mata air itu. Makanya kami ambil dari situ. Sebetulnya bukan apa-apa, hanya syarat saja, untuk kebersihan. Ngambilnya juga tidak banyak, hanya satu lodong (bambu) dari tiga tempat itu. Hanya syarat lah,” katanya kepada Metropolitan, kemarin.
Salah satunya mata air di Cidangiang, yang dipercaya sebagai tempat bersejarah. Konon, tentara kerajaan sebelum berangkat perang, akan mandi terlebih dahulu di tempat tersebut. “Katanya seperti itu, ya bagian melestarikan sejarah lah. Termasuk yang di dalam hotel (Amaroossa) ada mata air yang tidak mati-mati. Intinya mah ada hubungan dengan sejarah kesundaan, dan syarat bebersih tugu-nya,” ucapnya.
Dia menambahkan, sedikitnya ada 60 orang pemanjat yang ambil bagian dalam prosesi ini, yang berasal dari Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Kota Bogor dan forum pemanjat tebing SMA se-Kota Bogor, selama tiga hari. Per harinya bisa 12 pemanjat, melihat tingkat kesulitan memanjat di monumen tersebut. “Nah untuk tahun ini, kata anak-anak yang sudah naik. Ada beberapa catatan, diantaranya sistem kelistrikannya yang rusak, dan lapisan berwarna hitam di tugu yang sudah mulai kelupas. Kegiatan ini tidak hanya untuk melestarikan budaya, tetapi menjaga kondisi tugu,” ucapnya.
Pada even ‘Ngumbah Tugu Kujang’ tahun lalu, kata Toriq, pihaknya juga sudah memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor soal evaluasi keadaan tugu. Namun hingga kini memang belum ada tindakan nyata. “Kelistrikan dan kondisi harus jadi perhatian. Jadi tradisi ini menjadi bentuk nyata kami memelihara warisan budaya. Mudah-mudahan ada perbaikan dari rekomendasi yang kami berikan,” paparnya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Bogor Usmar Hariman menuturkan, sebagai salah satu ikon Kota Bogor, Tugu Kujang memang harus mendapat porsi lebih di mata masyarakat dan pemkot. Sebab, makna keseluruhan dari ‘Ngumbah Tugu Kujang’ ini lebih kepada tindakan nyata melestarikan nilai-nilai budaya luhur kasundaan Kota Bogor. “Tahun lalu, kami punya catatan, tim panjat tebing memberikan rekomendasi ke dinas teknis, sudah sampaikan, sudah dicek, situasinya masih ok. Walapun pembalut kujang yang warna hitam itu sudah mulai lepas, masih bagus lah. Tahun ini akan kita lihat, ada peningkatan atau tidak (retaknya) itu. Baru secara teknis kami renovasi dan rehabilitasi. Nanti tergantung rekomendasi tim yang manjat hari ini (kemarin, red),” tuntasnya panjang lebar. (ryn/b/els/py)