Senin, 22 Desember 2025

60 Pemanjat Nyuci Tugu Kujang

- Senin, 30 Juli 2018 | 09:40 WIB

 METROPOLITAN – Setiap peringatan Hari Jadi Bogor, warga Kota Bogor melakukan tra­disi Ngumbah (mem­bersihkan) Tugu Kujang untuk menjaga bangu­nan agar tetap kokoh dan sebagai pelestarian budaya Kota Hujan.

Tahun ini, tradisi ter­sebut bakal berlangsung tiga hari sejak Minggu (29/7) dengan melibat­kan 60 pemanjat se- Kota Bogor. ‘Ngumbah Tugu Kujang’ nyatanya tidak bisa sembarangan, sebab air yang diguna­kan berasal dari mata air pilihan.

Ketua Panitia Ngumbah Tugu Kujang, Cecep Toriq, mengatakan, air yang digunakan untuk ‘ngumbah tugu kujang’ berasal dari tiga mata air di beberapa titik di Kota Bogor. Kali ini, air berasal dari tiga mata air, yakni mata air di Kebun Raya Bogor (KRB), mata air di Ci­dangiang, dan mata air di bawah Hotel Amaroo­sa.

“Kenapa dipilih dari tiga (tempat) itu, ka­rena percaya tidak per­caya, dari sesepuh dan kami percaya ada cahaya yang keluar dari tiga mata air itu. Makanya kami ambil dari situ. Sebetulnya bukan apa-apa, hanya syarat saja, untuk kebersihan. Ngam­bilnya juga tidak banyak, hanya satu lodong (bambu) dari tiga tempat itu. Hanya syarat lah,” katanya kepada Metropolitan, kemarin.

Salah satunya mata air di Cidangiang, yang dipercaya sebagai tempat bersejarah. Konon, tentara kerajaan sebelum berangkat perang, akan mandi terlebih da­hulu di tempat tersebut. “Katanya seperti itu, ya bagian melestarikan seja­rah lah. Termasuk yang di dalam hotel (Amaroossa) ada mata air yang tidak mati-mati. Intinya mah ada hubungan dengan sejarah kesundaan, dan syarat be­bersih tugu-nya,” ucapnya.

Dia menambahkan, se­dikitnya ada 60 orang pe­manjat yang ambil bagian dalam prosesi ini, yang berasal dari Federasi Pan­jat Tebing Indonesia (FPTI) Kota Bogor dan forum pe­manjat tebing SMA se-Kota Bogor, selama tiga hari. Per harinya bisa 12 pemanjat, melihat tingkat kesulitan memanjat di mo­numen tersebut. “Nah un­tuk tahun ini, kata anak-anak yang sudah naik. Ada beberapa catatan, dianta­ranya sistem kelistrikannya yang rusak, dan lapisan berwarna hitam di tugu yang sudah mulai kelupas. Kegiatan ini tidak hanya untuk melestarikan budaya, tetapi menjaga kondisi tugu,” ucapnya.

Pada even ‘Ngumbah Tugu Kujang’ tahun lalu, kata Toriq, pihaknya juga sudah memberikan re­komendasi kepada Pe­merintah Kota (Pemkot) Bogor soal evaluasi keada­an tugu. Namun hingga kini memang belum ada tindakan nyata. “Kelistrikan dan kondisi harus jadi per­hatian. Jadi tradisi ini men­jadi bentuk nyata kami memelihara warisan bu­daya. Mudah-mudahan ada perbaikan dari rekomen­dasi yang kami berikan,” paparnya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Bogor Usmar Hariman menuturkan, se­bagai salah satu ikon Kota Bogor, Tugu Kujang me­mang harus mendapat porsi lebih di mata masy­arakat dan pemkot. Sebab, makna keseluruhan dari ‘Ngumbah Tugu Kujang’ ini lebih kepada tindakan nyata melestarikan nilai-nilai budaya luhur kasun­daan Kota Bogor. “Tahun lalu, kami punya catatan, tim panjat tebing memberikan rekomen­dasi ke dinas teknis, sudah sampaikan, sudah dicek, situasinya masih ok. Wa­lapun pembalut kujang yang warna hitam itu sudah mulai lepas, masih bagus lah. Tahun ini akan kita lihat, ada peningkatan atau tidak (retaknya) itu. Baru secara teknis kami reno­vasi dan rehabilitasi. Nan­ti tergantung rekomen­dasi tim yang manjat hari ini (kemarin, red),” tuntas­nya panjang lebar. (ryn/b/els/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X