Minggu, 21 Desember 2025

Terminal Bubulak Kejauhan

- Senin, 30 Juli 2018 | 10:14 WIB

 Rencana pembangunan Terminal Baranangsiang menjadi kawasan terintegrasi atau Transit Oriented Development (TOD) masih jadi pro-kontra. Terminal Bubulak yang ditunjuk sebagai terminal pengganti dinilai kurang memadai jika menampung ratusan bus. Bahkan, lokasi terminal di Kecama­tan Bogor Barat ini dianggap terlalu jauh dari akses tol.

TERMINAL Bubulak me­mang muncul menjadi alternatif saat pembahasan rencana TOD yang dilaku­kan Pemerintah Kota (Pem­kot) Bogor dan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) . Baru sebatas rencana, penolakan gencar dilakukan dari ber­bagai elemen yang mengais rezeki di sana.

Selain luas terminal dan fasilitasnya, jarak antara Terminal Bubulak dengan pusat kota atau pintu Tol Jagorawi yang cukup jauh menjadi kendala. BPTJ se­bagai pengelola terminal tipe A itu hingga kini belum memberi kepastian soal rencana tersebut.

Kepala Dinas Perhubung­an (Dishub) Kota Bogor, Rakhmawati Oetih, men­gatakan, hingga kini BPTJ masih merumuskan ren­cana hingga teknis-teknis pembangunan bersama pihak terkait, seperti Pem­kot Bogor, komunitas di Terminal Baranangsiang dan PT Pancakarya Graha­tama Indonesia (PGI) se­bagai pelaksana proyek.

“Rencananya dari BPTJ memindahkan (bus-bus) sebagian ke Terminal Bu­bulak, sebagian lagi tetap di Baranangsiang. Karena akan mulai dibangun. Tapi pe­rinciannya masih belum jelas. Desainnya bisa saja masih konsep TOD. Cuma sekarang pelaksanaannya sudah sama (pemerintah) pusat. Jadi kami sifatnya menunggu,” katanya.

Dia menambahkan, pi­haknya juga sudah menja­lin komunikasi dengan komunitas di terminal dan Perusahaan Otobus (PO) yang beroperasi di terminal yang punya luas 21.475 meter persegi itu. “Komu­nikasi sudah, belum lama ini juga sudah rumuskan dengan mereka, soal ren­cana pembangunan, kami juga menampung aspira­sinya. Nanti dari KPTB akan seperti apa. Baru beberapa hari lalu (rapatnya),” im­buhnya.

Terkait pemindahan se­mentara ke Terminal Bu­bulak, dia mengakui jika wacana itu belum ada ke­pastian apa pun. Kajian masih dikerjakan melihat kondisi terminal saat ini, lalu hitung-hitungan ka­pasitas dan jarak tempuh bus-bus yang nanti mengi­si terminal di perbatasan Kota Bogor itu. “Baru al­ternatif awal. Sebab kan sebetulnya bisa dimana saja. Secara luasan memang cukup, tetapi kita harus perhatikan juga, terminal itu kan sudah ada isinya, nah nanti kalau kita tambah disitu, ya bagaimana ope­rasionalnya,” ucapnya.

Selain itu, kata Rakhma­wati, jarak dari terminal Bubulak menuju pusat kota atau pintu tol Jagorawi juga menjadi masalah tersen­diri, karena terbilang cukup jauh. Sebagai contoh, dari Bubulak ke Terminal Ba­ranangsiang atau pintu tol Bogor saja sekitar 12 kilo­meter. Sedangkan dari Bu­bulak ke pintu Tol Bogor Outer Ring Road (BORR) saja sekitar 10 kilometer. “Nah itu yang berat. Lokasi cukup memadai, cuma kan rutenya itu (agak jauh). Ma­kanya masih dikaji, hitung-hitungan. Masih juga men­cari beberapa alternatif lainnya. Sedang berjalan tahapannya,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Komu­nitas Pengurus Terminal Baranangsiang (KPTB) Bo­gor, Teddy, Irawan tetap menolak adanya peminda­han sementara Terminal Baranangsiang ke Terminal Bubulak. Apalagi, rencana tersebut muncul ke permu­kaan tanpa adanya pembi­caran. “Kami menolak dip­indah. Rasanya ada kese­wenangan terjadi. Tiba-tiba muncul wacana itu tanpa ada pembicaraan. Hingga kini, BPTJ saja belum sekali­pun menghubungi, atau diskusi dengan kami. Seba­gai pengelola terminal, kami merasa dilangkahi,” kata Teddy, kemarin.

Dia pun mengemukakan alasan kuat soal penolakan KPTB dan warga terminal. Pertama, KPTB dan warga jelas-jelas menolak dibangun­nya TOD di Terminal Ba­ranangsiang. Lalu, kaitan pemindahan sementara ke Bubulak, mereka memper­tanyakan terkait jarak yang jauh jika terminal ini dipindah ke Terminal Bubulak. Jarak Terminal Bubulak dari Tol Jagorawi sekitar 12 kilometer. Sedangkan Terminal Ba­ranangsiang berada persis di depan tol tersebut. Alhasil, PO maupun sopir harus men­ghitung ulang, soal biaya untuk bahan bakar serta waktu tempuhnya.

Belum lagi soal gap luasan antara terminal Bubulak dengan terminal Baranangsi­ang. Terminal Bubulak hanya memiliki luas 8.000 meter persegi, dengan daya tam­pung 200-an unit angkot. Sedangkan Terminal Ba­ranangsiang luasnya 21.000 meter persegi, dengan daya tampung sebanyak 400 bus. ”Belum lagi, di sana kan sudah ada PO sendiri. Nan­ti kalau kita masuk, memang muat? Belum tentu juga mereka mau menerima kita,” paparnya.

Oleh sebab itu, penolakan soal rencana pembangunan dan relokasi terus digaungkan KPTB bersama warga termi­nal lainnya, mulai dari peda­gang asongan, sopir hingga kernet. “Lebih dari seribu orang mencari nafkah di sini, mana mau pindah jauh se­perti itu. Itu harus terpikirkan,” pungkasnya. (ryn/c/els/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X