METROPOLITAN - PT Sahabat Tani Farm mengenalkan pemberdayaan dan pemanfaatan sampah organik menjadi pakan ternak protein tinggi kepada masyarakat Kota Bogor, yakni produksi telur dan larva atau belatung (maggot) dari jenis Black Soldier Fly (BSF). Sebagai produsen BSF, Direktur Utama PT Sahabat Tani Farm, Wahyu Samodra, mengajak masyarakat untuk beternak maggot (belatung), sebagai pakan ternak berprotein tinggi dengan pangsa pasar tak sembarangan, bahkan sampai menjangkau Amerika Serikat. Wahyu mengatakan, belatung BSF tengah digandrungi masyarakat sebagai bahan pakan protein bagi peternak atau pemelihara ikan hias, lele hingga peternak unggas. Di luar negeri, protein belatung BSF digunakan sebagai pengganti protein ikan. ”Pangsa pasar nasional, belatung BSF masih dipergunakan untuk pakan ternak dan di luar negeri untuk makanan hewan peliharaan. Nah, peluang dan pangsa pasar belatung BSF sangat terbuka lebar untuk skala dalam negeri atau ekspor, seperti hingga ke Amerika Serikat,” katanya kepada awak media, kemarin. Dia menambahkan, pemanfaatan belatung BSF sebagai pakan ternak memiliki berbagai keuntungan, diantaranya mampu mengurai limbah organik, termasuk limbah kotoran ternak secara efektif karena belatung tersebut termasuk organisme pemakan tumbuhan dan hewan yang telah mengalami pembusukan. Dibandingkan dengan larva lainnya, belatung BSF tidak menimbulkan bau yang menyengat dalam proses mengurai limbah organik sehingga dapat diproduksi di rumah atau pemukiman. Program pemberdayaan dan penyuluhan biokonveksi limbah organik ini, kata Wahyu, pernah dilakukan bekerja sama dengan masyarakat Kabupaten Bekasi, melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Saat ini, pihaknya pun tengah mengembangkan pemberdayaan dengan dinas terkait di Kota Bogor. Berkaca penyuluhan di Bekasi, sangat terasa dampak positifnya. “Seperti lingkungan bersih bebas dari sampah organik. Serta masyarakat mendapatkan tambahan penghasilan dari hasil menjual belatung BSF ke peternak,” imbuhnya. Dia menjelaskan, budidaya belatung BSF sangat menguntungkan dari sisi nilai jual. Sebab, belatung BSF sudah dapat dipanen setiap dua pekan dan proses pemeliharaannya tidak memakan tempat luas. “Belatung BSF ini juga rakus terhadap sampah organik,” ucapnya. Idealnya, sambung Wahyu, bagi petenak rumahan bisa menyediakan lahan seluas 2x4 meter, berbentuk petak dan mengolah 50 gram larva. Dari jumlah tersebut, bisa menghasilkan sekitar 150 kilogram belatung BSF. Larva ini pun tidak meninggalkan bau saat budidaya. Belatung dewasa bisa dipanen 14 hari sekali. Di pasaran peternak bisa menghasilkan uang Rp1,2 juta untuk sekali panen. Pakan belatung BSF sendiri bisa memakan sekitar 20 kilogram sampah organik per hari. “Semakin banyak masyarakat membudidayakan belatung BSF, tentu dapat mengurangi buangan sampah organik ke tempat pembuangan sampah akhir. Alhasil, sampah organik bisa habis di lingkungan sekitar.” tuntasnya. (ryn/b/els)