METROPOLITAN - Situs peninggalan bersejarah Museum Pasirangin, Desa Cemplang, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, dalam kondisi mengkhawatirkan. Berada di lajur kiri tak jauh dari Jalan Raya Leuwiliang-Bogor, bangunan yang menyimpan beragam sejarah bangsa ini berdiri di atas lahan seluas sekitar 8000 meter persegi, tepatnya di bibir Sungai Cianten yang melintasi dataran Bumi Tegar Beriman. Suasana khas pedesaan langsung menyambut kedatangan Metropolitan, kala menjajakkan kaki pertama kali di situs arkeologi yang pernah diteliti pada 1970 oleh arkeologi nasional R. P Soejono. Pintu pagar besi selebar satu setengah meter, dengan jalan coran semen yang sudah tak terawat dan rusak dimakan usia, menjadi jalan utama ketika hendak menyambangi situs bersejarah yang menyimpan beragam benda dari masa megalitikum tersebut. Tak ayal, kondisi memprihatinkan dan luput dari perhatian pemerintah jelas sekali tergambar saat melihat kondisi luar Museum Pasirangin. Menanggapi semarak FMP di pusat pemerintahan Kabupaten Bogor, Juru Pelihara Museum Pasirangin Saefulloh menyayangkan minimnya perhatian dari pemerintah Kabupaten Bogor yang hingga kini masih belum nampak keseriusannya dalam menjaga, merawat dan memperbaharui peninggalan sejarah. “Kalau perhatian dari pemerintah jujur saja sangat kurang. Paling kalau ada instruksi saja, kalau tidak ada perintah ada tidak ada perhatian,” tutur pria yang sudah mengabdikan dirinya selama 23 tahun tersebut. Minimnya perhatian dari pemerintah daerah, baik desa, kecamatan hingga kabupaten memberikan dampak tersendiri bagi intensitas pengunjung ke situs yang diasumsikan berasal dari masa 1500 sebelum masehi (SM). “Pengunjung yang datang nggak tentu, kadang satu bulan full tidak ada pengunjung. Pemeliharaan dan perawatan saja nggak ada, bagaimana mau ada yang datang untuk berkunjung,” keluhnya. Saefullah menilai pemerintah setempat hanya peduli pada prasasti yang memiliki pemasukan terhadap daerah. Hal itu tentu menjadi kejanggalan tersendiri bagi juru pelihara situs yang ditemukan pada 1957. “Mereka (pemerintah, red) lebih peduli kepada situs yang punya pemasukan untuk daerah. Padahal situs Pasirangin merupakan salah satu situs yang memiliki museum tersendiri, bahkan topeng emas pada masa megalitikum ditemukan di sini yang sekarang sudah dibawa ke museum nasional,” ungkapnya. Bahkan, Saefullah sangat menyayangkan anggaran FMP yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor, seharusnya bisa diperuntukan sesuatu yang lebih manfaaat dan berdampak panjang. “Alangkah baiknya kalau anggaran FMP bisa dibagi-bagi untuk perawatan situs dan beberapa cagar budaya yang ada agar lebih menarik minat masyarakat untuk mendalami budaya dan sejarah. Karena sejarah merupakan satu hal yang penting untuk menjaga identitas bangsa ini,” tutupnya. (ogi/b/els/py)