METROPOLITAN - Mangkrak sejak Maret 2017, pembangunan Masjid Agung di Jalan Dewi Sartika, Kelurahan Cibogor, Kecamatan Bogor Tengah, dikebut tahun ini. Biaya dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Bogor sebesar Rp8,6 miliar pun digelontorkan demi melanjutkan proyek pembangunan. Perusahaan asal Jakarta, PT Alvarini Gemilang yang memenangkan lelang, ditarget bisa merampungkan pekerjaan pada Desember 2018. Publik pun diminta mengawasi jalannya pembangunan agar tak terjadi kegagalan seperti tahun lalu. Kepala Bidang Perumahan Pemukiman pada Dinas Perumahan dan Pemukiman (Disperumkim) Kota Bogor, Herman Rusli, mengatakan, saat ini progres pembangunan Masjid Agung baru berjalan enam persen. Sebab, baru masuk pembersihan dan persiapan bahan dan belum masuk pengecoran. Pada tahun anggaran ini, tidak ada penambahan atau perubahan pada desain awal yang sudah ada sejak 2015. ”Sekarang enam persen lah. Malam ini (kemarin, red) akan mulai ngecor, baru bisa masuk 9 persen. Pembangunan sesuai perencanaan awal. Tidak ada perubahan,” kata Herman. Mantan kepala Bidang Pemeliharaan Jalan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ini menambahkan, sejauh ini tidak ada kendala berarti, baik soal proses pembangunan maupun pemenang lelang itu sendiri. ”Mudah-mudahan tidak salah pilih (kontraktor), tidak seperti tahun lalu yang malah berbuah masalah yang akhirnya jadi mangkrak. Sekarang kan pengawas-nya juga ada dari Mahkamah Konstitusi (MK),” paparnya. Sesuai desain pembangunan keseluruhan, kata Herman, masjid nantinya terdiri dari tiga lantai dengan mezanin di dua per tiga lantai dasar. Meskipun tahun ini hanya fokus pada pembenahan lantai basement yang nantinya digunakan sebagai lahan parkir, pondasi mezanin dan kamar mandi. Sebab, untuk merampungkan renovasi secara keseluruhan perlu anggaran kurang lebih Rp50 miliar. Masjid Agung nantinya diharapkan bisa menampung 3.000 hingga 5.000 jamaah yang selama ini ’ngontrak’ di eks Borobudur Lantai 2 Blok F Pasar Kebonkembang sejak masjid dibongkar. ”Seperti kata pak wali, yang penting bisa digunakan untuk salat sesegera mungkin. Makanya fokus di basement dan pondasi ke atas. Sebetulnya lantai basement kan untuk parkir, tapi nanti awal tahun sementara bisa dipakai ibadah lah. Anggaran yang ada sekarang hanya cukup untuk itu. Nanti tahun depan baru lanjut ke atas,” ungkapnya. Saat inspeksi mendadak (sidak) ke masjid sejak 1970-an itu, kemarin Wali Kota Bogor, Bima Arya, mengecek pembangunan yang tengah dikerjakan PT Alvarini Gemilang itu. Mulai dari memeriksa bahan-bahan bangunan, tiang pondasi yang bakal mengalami peningkatan volume hingga bagian lantai atas masjid. ”Saya ingin mengecek dan memeriksa perkembangan pembangunan kelanjutan dari Masjid Agung. Dengan anggaran Rp8,5 miliar untuk tahap kedua ini, diharapkan bisa terserap semuanya karena ditargetkan pada Januari 2019 bisa digunakan untuk ibadah di lantai dasar,” ucap Bima. Pria 45 tahun ini pun mewanti-wanti Dinas Perumkim untuk mengawasi secara ketat proses pembangunan agar terserap maksimal. Setidaknya, jamaah bisa kembali beribadah di lantai basement sebelum kembali dilakukan pembangunan pada anggaran 2019. ”Untuk Kepala Dinas Perumkim, Pak Boris dan jajarannya harus intens memonitor agar betul-betul terserap. Agar tidak ada masalah lagi, karena keberadaan masjid sangat dibutuhkan umat dan jamaah di sekitar sini,” ujarnya. Dia juga berjanji sering turun langsung untuk mengecek progres pembangunan Masjid Agung. Apalagi ada penambahan volume pada pondasi untuk memperkuat struktur yang lama sebelum ditinggal mangkrak. “Ada sembilan kolom yang diperbaiki, ditambah volumenya. Sesuai hasil kajian, mana yang diperkuat lagi dan mana yang diperbaiki bangunannya. Nanti akan ditambah lagi anggarannya. Targetnya, 2019 sudah beratap dan finishing 2020,” imbuhnya. Sementara itu, anggota Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Agung, Haji Effendi, berharap proses pembangunan masjid bisa dilanjutkan sesegera mungkin agar jamaah bisa beribadah kembali normal seperti biasanya dan tidak mengungsi ke eks Borobudur Blok F. “Sebab, tidak ada di belahan dunia mana pun, pembangunan masjid besar yang terbengkalai seperti ini. Tidak bisa digunakan para jamaah, malah ngungsi. Ya harusnya (pemkot) malu lah, ini rumah ibadah,” katanya. Sekadar diketahui, sejak awal Juli pembangunan Masjid Agung ini menemui titik terang, setelah ada kepastian pemenang proses lelang. Dari laman Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Bogor, ada delapan kontraktor yang mengikuti pengikut lelang proyek yang memakan anggaran kurang lebih Rp9,6 miliar itu. Setelah dievaluasi, terpilihlah PT Alvarini Gemilang sebagai pemenang, dengan nilai penawaran sebesar Rp8.697.815.390. “Dari delapan, dipilih tiga tertinggi, yang penawarannya dari yang termurah. Kemudian dievaluasi administrasi dan teknisnya. Yang satu, tidak dapat membuktikan SKA Asli untuk Ahli Teknik Mekanikal – Madya, Ahli Teknik Proteksi Kebakaran – Madya, dan SKT asli tukang perancah besi, tukang pekerjaan baja, tukang las atau welder gas dan Electric Welder serta juru gambar. Sedangkan satunya SIUJK dan SBUJK sudah habis masa berlakunya. Pemenang lelang beralamatkan di Kompleks Rukan Cempaka Mas, Kelurahan Sumurbatu, Jakarta Pusat,” kata Kepala Bagian Administrasi Pengendalian Pembangunan dan Jasa pada Setda Kota Bogor, Rahmat Hidayat. (ryn/b/els/py)