Minggu, 21 Desember 2025

GOOD BYE TATO...

- Kamis, 23 Agustus 2018 | 08:50 WIB

METROPOLITAN - Warga Kota Bogor dipastikan tak bisa lagi menikmati suasana dan permai­nan anak di Taman Ade Irma Suryani atau lebih dikenal Taman Topi alias Tato di Kecamatan Bogor Tengah. Sebab, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor memastikan tidak akan memperpanjang masa sewa PT Eksotika sebagai pengelola Taman Topi yang bakal habis pada Desember 2018.  SEBAGAI gantinya, pemkot bakal menyulap taman bermain yang ada sejak zaman Be­landa itu menjadi Ruang Ter­buka Hijau (RTH) yang juga terintegrasi dengan Stasiun Bogor dan Masjid Agung. Wali Kota Bogor, Bima Arya, mengatakan, pemkot bakal langsung mengambil alih pengelolaan selepas habis masa sewa dan mematangkan rencana jangka panjang pe­rubahan ini. “Habisnya De­sember 2018. Rencana jangka panjangnya menjadi bagian yang terintegrasi dengan Sta­siun Bogor dan Masjid Agung serta infrastruktur di seke­lilingnya. Ini akan menjadi Taman Raya Bogor. Konsepnya semua harus terintegrasi, tidak boleh masing-masing jalan sendiri dengan desain berbe­da-beda, supaya jadi kawasan publik yang nyaman,” beber Bima Arya. Apalagi, sambung Bima, Taman Topi punya jumlah pengunjung yang besar. Ter­lebih pada setiap akhir pekan jumlahnya berkisar 2.000 hingga 3.000 pengunjung. “Tapi dari jumlah itu hanya 30 persen pengunjung yang warga Bogor, sisanya dari luar Bogor. Nah ini kan po­tensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang harus dimaksi­malkan,” terangnya. Setelah mengambil alih peng­elolaan, tambah Bima, pem­kot akan menempatkan pro­duk Usaha Mikro Kecil Men­engah (UMKM) sembari mematangkan konsep dan menunggu rampungnya Detail Engineering Design (DED) taman seluas 2,3 hektare ter­sebut. Pada masa transisi ter­sebut, pihaknya juga bakal mengadakan pertemuan lagi dengan pengelola terkait tenan hingga nasib karyawan Taman Topi yang berjumlah 37 orang. “Kami ambil alih dulu, nan­ti dilihat mana tenan yang bisa lanjut, mana yang tidak. Kemungkinan akan kami me­nempatkan UMKM, memfa­silitasi Dekranasda. Mungkin taman bermainnya kita per­tahankan dulu. Tapi yang lain di bagian bangunan topi-topi itu bisa difasilitasi untuk UMKM, sambil menunggu pembangunan permanen menjadi RTH,” ujarnya. Ditanya soal anggaran, Bima mengaku bakal mencari pen­danaan dari semua sumber yang ada, baik dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Bogor, bantuan provinsi Jawa Barat hingga pemerintah pusat. Sebab, pembangunan tersebut dip­erkirakan memakan dana ratusan miliar rupiah. “Semua masih memungkin­kan. Ada alokasi bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, tapi jumlahnya belum memadai untuk semuanya. Mungkin nanti dikombinasi­kan, ada dari APBD kota, mungkin juga ada bantuan pusat,” ungkapnya. Sekadar diketahui, sebelum kemerdekaan, tempat tersebut dibangun sebuah taman yang menjadi tempat rekreasi para pendatang Eropa bernama Wilhelmina Park. Namun se­jak 1960, taman ini menga­lami perombakan. Sebagian menjadi taman dan sebagian lagi menjadi terminal angkot lantaran lokasinya strategis dan dekat dengan Stasiun Bogor. Sejak 1994, terminal tersebut dipindahkan ke Baranangsiang dan lokasi ini disulap men­jadi taman rekreasi dengan pemandangan menarik, pe­pohonan yang menyejukkan dan bangunan-bangunan topi-topi raksasa yang men­jadi ciri khas bagi warga Bogor hingga puluhan tahun. (ryn/c/yok/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X