METROPOLITAN – Ada pemandangan baru saat melintasi jalanan Kota Bogor. Mulai dari jembatan Otto Iskandardinata (Otista) hingga simpang BTM Jalan Juanda. Di sisi kiri sepanjang jalan, terdapat marka jalan berbentuk kotak berwarna merah, dengan ukuran kurang lebih 12,5 meter persegi bertuliskan ‘Lajur Khusus Bus’. Rupanya Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor tengah mengebut pengecatan ‘karpet merah’ yang nantinya bakal diisi angkutan Transpakuan Koridor (TPK), sebagai lanjutan dari konversi angkutan kota (angkot). Kepala Bidang Lalu Lintas Pada Dishub Kota Bogor Theofillio Francino Freitas mengatakan, proyek pengecatan ‘karpet merah’ sudah mulai dilakukan secara bertahap, dimulai dari beberapa titik Jalan Otista hingga BTM. ‘Karpet merah itu berukuran 2,5 x 5 meter, dengan interval satu dengan yang lainnya sekitar 215 meter. “Sebetulnya masuk pengerjaan per 3 Agustus lalu, dengan jangka waktu pengerjaan 60 hari kalender. Nilai kontrak proyeknya Rp837.289.090. Sekarang on progres lah, baru Otista sampai BTM,” kata Theo, panggilan karibnya kepada Metropolitan, kemarin (27/8). Theo menambahkan, ‘karpet merah’ yang mirip dengan jalur khusus sepeda dengan ukuran lebih lebar itu bakal terpasang di sepanjang jalan, mulai dari Cidangiang hingga Terminal Bubulak dan juga sebaliknya. Kurang lebih sekitar 20 kilometer. “Posisinya ada di lajur paling kiri dari tiap ruas jalan sebanyak 101 titik, Dengan pengecatan dari Cidangiang ke Bubulak ada 56 titik, sedangkan jalur sebaliknya 45 titik dengan jarak per 215 meter. Selain itu, berbarengan dengan pengecatan marka khusus di 28 titik shelter yang tersebar di sepanjang Cidangiang-Bubulak,” ungkapnya. Pengadaan ‘karpet merah’ dianggap bakal efektif dalam menunjang kebijakan rerouting dan konversi angkutan umum massal, serta bakal digunakan sebagai jalur bus Transpakuan Koridor (TPK). “Fungsinya jelas, untuk memberikan prioritas penggunaan lajur jalan paling kiri untuk angkutan umum massal. Nantinya juga akan digunakan bus TPK yang melewati jalur tersebut,” ucapnya. Namun, salah seorang supir angkot 03 Baranangsiang-Bubulak, Ferdi (27) menuturkan, pengadaan marka jalan itu harus menggunakan material terbaik, jangan seperti jalur sepeda yang terlihat pudar setelah beberapa lama. Apalagi, proses konversi angkot hingga saat ini terkesan jalan di tempat. “Khawatirnya nanti pas sudah konversi, malah pudar dan nggak kelihatan. Kalau seperti itu kan buat apa diadain sekarang? Nanti saja,” terangnya. Marka jalur khusus itu pun, kata dia, harus bisa membuat alur kendaraan menjadi teratur, sehingga tidak acak-acakan seperti sekarang. Pengadaan pekerjaan marka jalan khusus ini dianggap bagus namun harus tetap diawasi jika nanti sudah dibuat. “Pas nanti sudah ada, nah angkot-angkot atau angkutan umum itu bakal lebih teratur atau tidak. Kalau sama saja, tetap acak-acakan mah buat apa,” tuntasnya. (ryn/b/els)