METROPOLITAN - Baru saja didemo pasukan Dewan Pengurus Daerah Jaminan Kesehatan Watch Bogor (DPD Jamkes Watch), pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Kabupaten Bogor kembali disoal. Keluhan datang dari pasien RSUD Cileungsi lantaran kartu BPJS Kesehatan ternyata tidak berlaku. Meski menjadi peserta BPJS Kesehatan, pasien tidak bisa memanfaatkan jaminan kesehatan tersebut. FASILITAS dan pelayanan RSUD Cileungsi milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor itu dianggap buruk. Hal ini dirasakan warga Perumahan Graha Mustika, RT 07/03, Desa Bojong, Kecamatan Klapanunggal, Suharso (60). Sebagai peserta BPJS yang ingin berobat ke RSUD Cileungsi, ia merasa dicueki. Pihak rumah sakit seolah tidak begitu menanggapi pasien yang mengidap sakit sesak nafas itu. Salah seorang keluarga pasien, Karina Dwi Hayuning Tyas, menuturkan, keluarga memiliki BPJS, namun disarankan menjadi pasien umum tanpa jaminan. Awalnya sang ayah, Suharso, berobat ke poli, namun harus dirawat inap. Setelah dirawat, ia ingin menggunakan kartu BPJS tapi malah ditolak mentah-mentah oleh pihak RSUD. ”Pihak RSUD Cileungsi tetap tidak mau mengganti status dari umum ke pasien BPJS. Padahal saya sudah komunikasi ke Dinas Kesehatan (Dinkes). Dinkes sendiri sudah komunikasi dengan RSUD Cileungsi, tapi tetap dilempar-lempar,” ucap Karina. Akibat tidak bisa pindah status BPJS ke umum, setiap hari ayahnya harus membeli obat seharga Rp700.000. Ia terpaksa ’ngutang’ ke tetangga demi kesembuhan bapaknya. ”Sehari habis Rp700.000. Kalau dikalikan sepuluh hari bisa sampai Rp7 juta. Itu baru obat. Belum lagi yang lainnya. Berapa yang harus kami bayar untuk RSUD. Padahal, rumah sakit ini milik pemerintah, tapi tidak ada toleransinya,” keluhnya. Adik pasien, Rachman Koesna, mengatakan, sebelum dirawat kakaknya sempat ingin berobat ke Puskesmas Cileungsi. Namun pihak Puskesmas Cileungsi tidak buka 24 jam, hingga akhirnya pasien dirujuk ke RSUD Cileungsi. Rachman mengaku bingung untuk membeli obat yang setiap hari harus mengeluarkan uang Rp700.000 hingga Rp800.000. Sehingga ia berharap BPJS yang masih aktif bisa difungsikan kembali agar biaya selama di RSUD lebih ringan. “Setiap hari kakak saya harus beli obat, harganya lumayan mahal. Apalagi kakak saya tidak bekerja, jadi saya bingung harus seperti apa,” katanya. Sementara itu, Humas RSUD Cileungsi, Desriza, mengaku akan mengecek langsung ke bagian BPJS. ”Jika ada pasien yang merasa dipersulit, besok saya tanyakan ke bagian BPJS nya. Mohon tunggu besok jawabannya,” katanya. Hingga berita ini diturunkan, Direktur RSUD Cileungsi Mike Kaltarina belum memberi tanggapan. (mul/c/els/py)