METROPOLITAN – Pasca-diluncurkan Sabtu (8/9), Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor menargetkan bisa mengoperasikan 25 unit angkutan kota (angkot) modern akhir September ini. Namun hingga kini Koperasi Duta Jasa Angkutan Mandiri (Kodjari) se bagai badan usaha yang menaungi angkot modern tersebut, belum juga melengkapi dokumen persyaratan operasional. Kepala Bidang Angkutan pada Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor Jimmy Hutapea mengatakan, dari 25 unit yang tersedia, armada angkot yang dilengkapi berbagai fasilitas seperti AC, TV, Wifi, CCTV, Charger handphone dan mesin tap e-money itu baru 10 unit yang persyaratannya sudah lengkap dan siap jalan. “Belum (melengkapi dokumen persyaratan operasi). Baru sekitar 10 unit angkot modern yang lengkap persyaratannya,” katanya. Jimmy pun mendorong koperasi berbadan hukum tersebut, untuk segera melengkapi persyaratan, seperti status pengonversian tiga angkot konvensional menjadi dua angkot modern, serta kelengkapan surat jalan. “Diajukan ke Dishub Kota Bogor dan Polresta Bogor Kota,” imbuhnya. Artinya, sambung dia, realisasi dari target pengoperasian 25 angkot modern di akhir September ini tergantung dari kesanggupan pihak Kodjari dalam memenuhi persyaratan layak jalan. Target itu diakui sebagai tahap awal program konversi angkot, menuju Transpakuan Koridor (TPK) dalam upaya mengurai kepadatan dan kemacetan lalu lintas pusat Kota Hujan di masa mendatang. Selain upaya mengurangi jumlah angkot, dia berharap angkot modern bisa meningkatkan kenyamanan dan pelayanan penumpang. Pihaknya pun meminta komitmen dari koperasi pengisi TPK, dalam menyukseskan program konversi ini. “Setelah ini, dijamin mereka tidak akan ngetem,” ujarnya. Namun, pemkot tidak memberikan subsidi khusus kepada Kodjari, agar operasional berjalan sesuai harapan. Dia berdalih perbaikan sistem transportasi massal yang direncanakan juga memiliki dampak kebaikan bagi para pengusaha angkot ke depannya. “Saat ini, dua angkot modern masih dipamerkan di Lippo Kebun Raya Bogor (KRB) setelah diluncurkan di awal bulan,” ucapnya. Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menuturkan, target awal beroperasinya angkot modern ini untuk kenyamanan dan membuat penumpang mau menggunakan moda transportasi tersebut. Ini menjadi langkah awal dalam program konversi angkot ke bus massal. “Semua angkutan umum harus jadi bus. Ini masa transisi, sebelum tiga angkot jadi satu bus, sekarang beberapa koridor tiga jadi dua angkot modern dulu. Ini (angkot modern) untuk mengisi TPK 4, Ciawi-Ciparigi,” kata Bima. Untuk jangka panjang, Politisi PAN ini menargetkan jumlah angkot di pusat kota bisa berkurang secara signifikasn dalam tiga tahun ke depan. Walaupun berkurang jumlahnya, Bima meyakinkan bahwa penghasilan para supir angkot tidak akan berkurang. “Sebab diberdayakan secara bergantian,” paparnya. Terpisah, penggagas Kodjari Dewi Jani Tjandra pernah menjelaskan, meski dilengkapi banyak fasilitas, dia memastikan ongkos angkot modern masih dalam jangkauan masyarakat. Rencananya, ongkos di koridor tersebut akan berkisar antara Rp4 ribu sampai Rp5 ribu tiap perjalanan. Angkutan modern ini, kata Dewi, direncanakan untuk mengisi jalur TPK 4, mulai dari Ciawi, Baranangsiang, Jalan Otto Iskandar Dinata, BTM, Sempur, Jalan Pajajaran, Warung Jambu, Pomad sampai Ciparigi. Trayek tersebut merupakan gabungan dari trayek 09, sepertiga armada dari trayek 21, trayek 03, trayek 02 dan trayek 07. ”Totalnya 120 angkot modern, tapi tahap (pertama) ini baru 25 angkot modern yang diluncurkan. Pengoperasiannya akan dilakukan pada 25 September,” tutupnya. (ryn/b/els)