Minggu, 21 Desember 2025

Buku ‘Kujang Pasundan’ Diekspos di Tegar Beriman

- Kamis, 27 September 2018 | 10:16 WIB

CIBINONG – Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon, meluncur­kan buku berjudul ’Kujang Pasundan’ yang ditulis ber­sama empu atau pembuat keris Basuki Teguh Yuwono di gedung Tegar Beriman, ke­marin. Buku ini diharapkan mampu menjadi edukasi di tengah eksistensi Kujang yang masih kurang terekspos. Pa­dahal, Kujang merupakan produk budaya masyarakat Sunda yang memiliki peran penting.

Selain peluncuran buku, sejumlah Kujang juga dipa­merkan dalam acara itu. Bahkan, banyak masyarakat berbagai kalangan yang ikut hadir nampak antusias meli­hat senjata khas masyarakat Sunda tersebut. Fadli Zon menceritakan, buku ini mer­upakan cita-citanya sejak lama. Bahannya diperoleh dari penelusuran dan riset yang cukup panjang dikom­binasikan dengan artefak yang ditemukan.­

“Buku ini hasil penelusuran dari naskah yang tersedia, dari artikel yang pernah ditu­lis, dari serat-serat atau naskah-naskah lontar dan kajian dari sarjana Belanda. Kemu­dian dikombinasikan dari artefak yang ditemukan, baik koleksi saya, koleksi Pak Ba­suki, dari museum-museum dan tempat lain. Kami ramu ini menjadi buku kajian ten­tang sejarah Kujang hingga ragam-ragamnya,” kata Fadli Zon usai peluncuran.

Lelaki yang juga menjabat Ketua Umum Sekretariat Na­sional Perkerisan Indonesia (SNKI) ini berharap, buku ’Kujang Pasundan’ bisa men­jadi bagian edukasi. Meski bisa dikatakan belum sem­purna, buku ini merupakan kajian akademik yang men­urutnya merupakan buku Kujang terlengkap dari sisi kajian.

“Buku ini jadi semacam trig­ger. Jadi ’Kujang Pasundan’ kami bentuk dari sebuah kesa­daran bahwa perlu ada peles­tarian terhadap Kujang. Kalau buku keris sudah mulai ba­nyak, kami juga menulis ten­tang keris, tapi belum pernah ada yang menulis soal ’Kujang Pasundan’,” terangnya.

Menurut Fadli Zon, proses pembuatan buku ini memakan waktu hingga dua tahun. Me­ski demikian, pengumpulan seumbernya dilakukan sudah sejak lama. Kesulitan mem­peroleh sumber menjadi salah satu faktor yang membuat buku ini selesai dalam waktu yang cukup lama.

“Terus terang sumbernya sulit. Karena itu tadi, Kujang agak berbeda dengan keris, artefaknya lebih susah. Ka­laupun kami dapatkan, vari­annya biasanya hampir sama. Untuk mendapatkan motif atau bentuk Kujang juga sulit, karena variannya banyak se­kali,” ungkapnya.

Melalui peluncuran buku ini, dirinya berharap dapat ikut melestarikan budaya Kujang dari masa lalu hingga sekarang. Peluncuran ini juga menjadi wadah bagi para seniman dan budayawan Sunda untuk terus berkarya.

“Mereka (Budayawan dan seniman) adalah aset kema­juan bangsa,” pungkasnya. (fin/b/yok/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X