Klub foto Shutter Shot Universitas Pakuan (Unpak) kembali menghelat pameran foto di Lantai 1, Gedung Graha Pakuan Siliwangi (GPS) Unpak, Jalan Pakuan, Kelurahan Tegallega, Kecamatan Bogor Tengah, 3-4 Oktober. Berbeda dengan pameran perdana tahun lalu, kali ini para pehobi foto di klub tersebut mengemas karyanya dengan lebih matang.
Ketua Pelaksana Pameran Shutter Shot, Ahadi mengatakan, pameran tahun ini mengangkat perspektif dan judul citra imaji. Sebagai wadah untuk mempersembahkan hasil karya belajar ilmu fotografi selama setahun klub foto yang kini sudah punya tujuh angkatan itu. Berbeda dengan tahun lalu, para pehobi foto menampilkan karya dengan imajinasi yang lebih kreatif dan matang.
“Tahun ini, merupakan pameran yang kedua kali, yang dilakukan oleh angkatan ketujuh. Sedangkan pameran perdana tahun lalu, digelar oleh angkatan keenam. Ada 10 pehobi foto yang memamerkan karyanya, terdiri dari enam mahasiswa laki-laki dan empat perempuan,” kata Ahadi kepada Metropolitan, kemarin.
Sesuai dengan judul pameran, yakni citra imaji, foto yang disuguhkan menjadi wujud citra jati diri para pehobui foto, dimana citra itu diimajinasikan ke dalam sebuah karya foto. Pameran ini diharapkan bisa menjadi acuan untuk bisa berkarya lebih bagus lagi, untuk pameran-pameran selanjutnya. “Menjadikan pameris lebih berkembang, tolak ukur dalam berkarya. Semoga foto yang disuguhkan dapat dinikmati pengunjung,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) Unpak, Muslim menuturkan, pameran yang diadakan Shutter Shot angkatan ketujuh ini harus lebih baik, lebih bagus dan lebih meriah. “Lebih baik dari kualitasnya, lebih bagus model stand nya, dan lebih meriah,” ucapnya.
Untuk pameran tahun lalu, sudah dianggap baik. Namun harus lebih ditingkatkan lagi dan jangan cepat puas diri. “Apalagi waktu itu bisa mengundang Wali Kota Bogor Bima Arya,” tandasnya.
Dia berpendapat, pameran tahun ini cukup bagus, dimana foto-foto yang ditampilkan diambil dari berbagai sudut pandang. Ada mengenai humanis, kemiskinan, hingga problematika kehidupan rumah tangga.
Muslim berharap, karya yang ditampilkan tahun ini semakin banyak, berkualitas serta bersifat membangun ideologi kebangsaan. Terutama memperjuangkan kaum dhuafa dan marjinal, sehingga bisa diangkat menjadi isu dan perhatian bagi pemerintah setempat.
Kedepan, buat yang lebih bagus, lebih humanis dan mengakar serta ada nilai-nilai luhur dan kaum yang termarjinalkan. Untuk mengangkat bahwa semua orang sederajat dan hanya berbeda secara label saja. “Kemudian layout itu dibuat se-eye catching mungkin. Jadi saat peserta ada disitu, merasa takjub dan beda dari tahun lalu,” tutupnya. (ryn/b/yok)