Senin, 22 Desember 2025

PRB Dibanjiri Kekecewaan Pedagang

- Senin, 15 Oktober 2018 | 08:02 WIB

METROPOLITAN - Panca Sukses yang selama ini digaungkan Kabupaten Bogor di sepanjang persiapan hingga perhelatan Pekan Olahraga Daerah (Porda) Jawa Barat XIII 2018, rupanya masih menjadi tanda tanya besar. Sukses prestasi, administrasi, penyelenggaraan, budaya hingga ekonomi merupakan beberapa pokok tujuan yang termaktub dalam konsep ‘Panca Sukses’ Kabupaten Bogor, tuan rumah penyelenggaran pesta olahraga paling bergengsi antardaerah di Tanah Pasundan.

Sukses ekonomi merupa­kan satu di antara lima poin paling menjadi soroton seba­gian masyarakat Bumi Tegar Beriman. Ditambah adanya Pesta Raya Bogor (PRB) yang merupakan salah satu rang­kaian Porda XIII Jawa Barat 2018 untuk mendongkrak perekonomian masyarakat Kabupaten Bogor.

Berdasarkan pantauan Met­ropolitan, lebih dari 350 ten­da disediakan panitia untuk pedagang berjualan di kom­pleks Stadion Pakansari. Mu­lai dari pintu 5 hingga 12 ko­song tak berpenghuni. Tak hanya kosong, yang terparah gundukan sampah khas su­asana pasar ikut menambah sensasi kumuh pagelaran PRB yang sudah berlangsung sejak Sabtu (06/10) hingga Senin (15/10).

Tak sampai di situ, PRB yang digadang melibatkan sejum­lah pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Bumi Tegar Beriman, nyatanya masih didominasi pelaku bis­nis yang mayoritas bukan asli warga Kabupaten Bogor. Hal ini tentu perlu menjadi perhatian khusus Pengurus Besar (PB) Porda terkait mi­nimnya keterlibatan pelaku UMKM Kabupaten Bogor di ajang pesta olahraga empat tahunan ini.

Salah satu penjual aksesori gawai di PRB, Noka Saputra, mengaku sangat kecewa ikut ambil bagian dalam Pesta Raya Bogor. Selama mengikuti even tersebut, pengunjungnya tidak sesuai yang diharapkan. “Se­pi banget, nggak sesuai hara­pan. Saya pikir acara besar pengunjungnya banyak, saya suka ikut keliling ke berbagai even seperti ini,” katanya.

Disinggung soal pendapatan per hari di Pekan Raya Bogor, ia mengaku tak lebih dari Rp200.000 per hari. Tentu angka tersebut sangat jauh dibawah pendapatannya, jika dibandingkan di tempat bia­sa dirinya berjualan.

“Sehari paling cuma Rp200.000. Kalau di tempat biasa di angka Rp1,5 juta per hari. Jangan kan buat untung, minimal buat balik modal dan uang rokok saja tidak ada ka­lau untuk yang sekarang,” keluhnya saat ditemui Met­ropolitan, kemarin.

Hal senada juga dirasakan Hendra, pedagang baju di Pekan Raya Bogor. Ia menga­ku sangat kecewa melihat pengunjung Pekan Raya Bo­gor yang sangat jauh dari harapan. Buruknya manaje­men pengelolaan gerbang masuk Pakansari oleh pani­tia serta tidak adanya pe­tunjuk masuk atau rambu bagi pengunjung, membuat dirinya merasa sangat diru­gikan.

“Sedih lihat keadaan pem­belinya, nggak seperti yang saya harapkan. Acara ini kan even besar massa kayak gini sih, lebih mending di tempat saya biasa jualan. Di sini saya paling dapat per hari di angka Rp800.000. Tapi kalau di tempat biasa saya jualan bisa sampai Rp3 juta. Jauh banget kan perbandingannya, apalagi di sana biayanya ke­cil. Di sini biayanya besar, jadi kan nggak nutup,” geram Hendra.

Menanggapi polemik terse­but, Ketua Harian PB Porda, Rustandi, menjelaskan ter­kait sukses ekonomi yang dicanangkan pemkab itu jika pihaknya sudah menerima laporan lengkap dari panitia Pekan Raya Bogor. Terkait total transaksi dan perputaran uang selama perhelatan por­da, dirinya mengaku hingga detik ini belum menerima laporan rinci terkait jumlah transaksi yang terjadi.

“Salah satu barometer pe­nilaian sukses ekonomi bisa dilihat dari total transaksi yang terjadi antara pedagang dan pembeli. Tapi, kami masih menunggu rincian pelaporan hal tersebut dari panitia Pekan Raya Bogor,” tutur Rustandi.(ogi/c/yok/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X