METROPOLITAN - Kiprah Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Kota Bogor, Yudi Indra Gunawan, di Kota Bogor sudah berjalan satu tahun. Sebelum menjabat pimpinan tertinggi Korps Adhyaksa di Kota Hujan, pria kelahiran Jakarta, 19 November 1970 itu sudah malang-melintang di dunia hukum. Bahkan sempat menjadi pengacara volunteer di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) di Jakarta.
Kesempatan menghadapi persoalan saat menjadi asisten pembela umum (Aspu) di tempat itu, membentuk lulusan Universitas Pancasila ini menjadi pribadi yang sarat pengalaman dan mumpuni di bidang hukum.
“Awalnya di situ setahun, saya terbiasa berhadapan dengan persoalan. Warga rutin datang untuk konsultasi. Dengan biaya yang cuma Rp5.000, waktu itu 1996, saat yang komersil pasang tarif argo, ya kami tidak. Di situ saya dilatih menghadapi permasalahan, baik perorangan maupun lebih,” bebernya.
Ada beberapa kasus yang dianggapnya punya pengalaman unik. Di antaranya saat mendampingi pekerja yang di-PHK secara sepihak oleh perusahaan. Pengalaman membela perseorangan tentu berbeda dengan situasi saat mendampingi kepentingan lebih dari satu orang. “Ada advokasi pendampingan di lapangan. Itu kan banyak, bukan cuma satu. Di situ kami berperan menjembatani orang-orang yang di-PHK dengan perusahaannya,” paparnya.
Saat mulai menjabat sebagai orang nomor satu di Kejari Kota Bogor akhir 2017, Yudi mengaku ada tantangan tersendiri dibanding ketika mengemban tugas di daerah lain. Sebab, Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo tinggal di Istana Bogor. Sehingga di bawah komando mantan Kajari Simpang Ampek Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat itu, ia dituntut menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum tanpa menimbulkan kegaduhan.
Menurut lelaki yang hobi membaca ini, Kota Bogor itu istimewa. Apalagi ketika RI 1 tinggal dan ngantor di sini. Tantangan terbesarnya jelas, yakni bekerja tanpa berlebihan. “Bagi saya, urusan pekerjaan sebagai penegak hukum tetap jalan, tapi tidak bikin gaduh. Kalau nggak gitu, kita main sikat ini itu, lalu ditanggapi dengan reaksi massa. Nanti ya istana bisa dengar, itu yang dihindari, buat suasana tetap kondusif. Itu tantangan terbesar menjabat di Kota Bogor,” pungkasnya. (ryn/b/yok/py)