Setelah sukses menggelar e-Smart Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Kota Semarang, beberapa waktu lalu, Kota Bogor pun dipilih Kementerian Perindustrian Republik Indonesia untuk terus mendorong dan mengajak pelaku IKM. Semua dilakukan demi memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam mengembangkan produk-produknya.
ACARA yang berlangsung di IPB International Convetion Center, Botani itu turut dihadiri 1000 pelaku IKM se Jabodetabek, Cianjur dan Sukabumi. Kegiatan ini diracik pihak kementarian dengan konsep pameran, talkshow hingga workshop.
Menteri Perindustrian Republik Indonesia, Airlangga Hartarto, mengatakan, investasi bisnis akan cenderung mengarah kepada aktivitas usaha dengan platform yang kita kenal dengan industri 4.0 yang berbasis teknologi. Apalagi, Indonesia mempunyai potensi seiring dengan semakin berkembangnya penggunaan internet dan membaiknya infrastruktur telekomunikasi.
Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan, sepanjang 2017, pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta jiwa atau setara dengan 54,68 persen dari 262 juta penduduk.
“Saat ini, dunia telah memasuki era digital ekonomi, dimana model bisnis yang banyak dijalankan adalah berbasis teknologi informasi dan komunikasi,” katanya.
Dirinya meyakini, penggunaan teknologi era revolusi industri 4.0 akan mampu mendongkrak produktivitas industri manufaktur secara efisien, termasuk sektor IKM. Bahkan, produk yang dihasilkan bakal lebih kompetitif dan inovatif.
“Penetrasi penggunaan internet dan teknologi itu diharapkan, dapat dimanfaatkan untuk usaha-usaha produktif yang mendorong efisiensi dan perluasan akses pasar seperti jual beli online,” ujar Airlangga.
Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih mengungkapkan, sejak 2017, pihaknya sudah berupaya melakukan edukasi dan pembinaan terhadap IKM di dalam negeri, agar bisa masuk dalam e-commerce melalui program e-Smart IKM. Hal ini, merupakan langlah konkret pemerintah dalam mempermudah dan memperluas akses pasar bagi IKM nasional, sekaligus memperbesar presentase produk Indonesia unjuk gigi di e-Commerce.
Kemenperin mencatat, hingga akhir 2018, workshop e-Smart IKM telah diikuti sebanyak 5.945 pelaku usaha dengan total omzet sebesar Rp 2,37 miliar. Berdasarkan sektornya, industri makanan dan minuman mendominasi hingga 31,87% dari total transaksi di e-Smart IKM, kemudian disusul sektor industri logam sebesar 29,10%, dan industri fesyen sebesar 25,87%.
“Saat ini,program e-Smart IKM terlaksana di 34 provinsi dan telah melibatkan beberapa pihak, seperti BI, BNI, Google, iDeA serta Kementerian Komunikasi dan Informatika,” bebernya.
Selain itu, kementerian pun menggandeng pemerintah provinsi, kota dan kabupaten. Program e-Smart IKM juga telah bekerja sama dengan marketplace seperti Bukalapak, Tokopedia, Shopee, BliBli, Blanja.com, Ralali, dan Gojek Indonesia. “Semoga dengan adanya kegiatan ini, dapat mendongkrak IKM Indonesia dimasa mendatang,” tutupnya. (ogi/c/yok)