Minggu, 21 Desember 2025

Gopan Siap Stabilkan Harga Ayam

- Sabtu, 6 April 2019 | 08:12 WIB

METROPOLITAN – Gabungan Asosiasi Pengusaha Peternak Ayam Nasional (Gopan) memastikan ketersediaan ayam potong jelang Ramadan. Tak hanya itu, Harga Pokok Penjualan (HPP) ayam potong diprediksi normal. Sebab, stok ayam di cold storage saat ini tercukupi hingga dua bulan mendatang.

Sekretaris Jenderal Gopan, Sugeng Wahyudi, mengatakan, stok ayam untuk Ramadan dipastikan aman dan lebih. Saat ini, stok ayam di cold storage atau rumah potong rata-rata mencapai 63 juta per bulan. Sedangkan kebutuhan konsumsi daging untuk nasional hanya 58 juta sampai 60 juta per bulan. “Jadi, menurut kami stok daging ayam untuk Ramadan tidak kurang malah lebih. Tapi karena stok ayam lebih ini justru berimbas pada harga jual ayam yang menurun,” kata Sugeng dalam satu diskusi yang dihadiri sejumlah asosiasi peternak ayam, baru-baru ini. Selain itu, ia juga meminta pemerintah memperhatikan peternak, baik peternak rakyat maupun mandiri. Sebab dengan adanya Permendag Nomor 96 Tahun 2018 dinilai belum efektif, sehingga banyak peternak ayam yang kerap merugi hingga miliaran rupiah. Untuk itu, pihaknya siap bersinergi dengan pemerintah menstabilkan harga ayam potong. ”Kami mengapresiasi Dirjen Peternakan yang terus berupaya melakukan stabilitas harga ayam potong,” katanya. Menurut pria yang juga juru bicara Peternak Rakyat dan Peternak Mandiri (PRPM) ini, kerugian sudah dialami peternak sejak Januari sampai Maret 2019 dengan kisaran Rp4.000 per kilogram (kg) hingga Rp5.000 per kg. “Saat ini harga produksi atau modal ayam potong antara Rp18.300 per kg sampai Rp19.300 per kg. Sedangkan saat dijual hanya berkisar Rp14.000 per kg. Jadi, peternak mengalami kerugian dari Rp4.000-5.000 per kg. Ini jadi problem besar untuk peternak. Jika terusmenerus, maka peternak rakyat banyak yang gulung tikar,” katanya. Jika dikalkulasikan, tambah Sugeng, kerugian peternak bisa mencapai miliaran rupiah. Dari 63 juta ayam potong, sekitar 20 persen dikuasai pertenak rakyat. Jadi, sekitar 13 jutaan. Angka tersebut dikalikan berat daging ayam yang ratarata antara 1,5 sampai 2 kg dan kerugian yang mencapai Rp5.000. “Misalnya 13 juta dikalikan 2 kg dikalikan Rp5.000 hasilnya Rp1,3 miliar. Jadi, peternak rakyat mengalami kerugikan Rp1,3 miliar per bulan. Kalau ini dibiarkan, mereka bisa bangkrut,” ujarnya. Anehnya, meski harga jual ayam di produsen menurun, harga ayam di pasaran malah meroket. Bahkan mencapai Rp32.000. Hal ini lantaran surat edaran Permendag Nomor 96 Tahun 2018 tidak berjalan. “Dalam Permendag ditetapkan Rp20.000 per kilogram untuk batas bawah dan Rp22.000 per kilogram untuk tarif batas atas. Tapi, kondisi saat ini harga pembelian yang diterima peternak hanya Rp14.000 per kilogram. Sedangkan penjualan di konsumen mencapai Rp36.000 per kilogram. Selisih harganya sangat jauh kan. Kami mau surat edaran dari kemendag itu harus ditegakkan,” bebernya. Ketika ditanya terkait dinamika politik jelang Pemilu serentak pada 17 April, Sugeng menyebutkan bahwa kontestasi politik, yakni Pilpres maupun Pileg, tidak berpengaruh signifikan terhadap pengusaha ternak. ”Karena kami pengusaha tidak berpolitik. Persoalan siapa yang jadi presiden nanti, kami tetap mendukung hasil pemilu,” ucapnya.(ogi/c/yok/ py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X