METROPOLITAN - Kondisi Pasar Cisarua, Kecamatan Cisarua, saat ini boleh dibilang memprihatinkan. Tak ayal, revitalisasi jadi kunci utama demi meningkatkan kualitas pasar. Dari Detail Engineering Design (DED) per 2015 dibutuhkan anggaran total Rp35 miliar.
Namun proyek revitalisasi pasar di Selatan Kabupaten Bogor itu harus rela dicicil lantaran Bantuan Provinsi (Banprov) Jawa Barat yang turun tahun ini hanya Rp10 miliar. Saat ini anggaran dari provinsi sudah sampai ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin).
”Minta ke provinsi (Jawa Barat), dikasihnya Rp10 miliar. Dana segitu akan digunakan untuk mencicil pembangunan, satu blok dari empat blok, untuk Blok D, kita fokus satu dulu menyesuaikan anggaran,” kata Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan pada Disperdagin Kabupaten Bogor, Jona Sijabat, saat ditemui di kantornya, akhir pekan lalu.
Menurut dia, Disperdagin belum bisa ’action’ mengerjakan pembangunan fisik lantaran belum rampungnya DED yang masih digarap Pemprov Jawa Barat. Dia memperkirakan tahap perencanaan itu bakal selesai akhir Mei ini. Pembangunan sendiri baru akan dilakukan setelah revisi DED, paling cepat setelah Lebaran karena tidak ingin mengganggu momen para pedagang meraup keuntungan. Proses lelang pekerjaan sendiri bakal dilakukan di Unit Layanan Pengadaan Barang Jasa (ULPBJ) Kabupaten Bogor.
”Setelah DED pembangunan Rp10 M itu dihibahkan ke kita, lalu mungkin ada sedikit revisi untuk menyesuaikan eksisting, baru kita mulai pastinya setelah Lebaran. Mungkin Juli atau awal Agustus. Jadi, akhir tahun pembangunan fisik sudah selesai. Proses lelangnya juga di kita,” katanya.
Pria berkumis itu menambahkan, pihaknya sudah meminta kepada Perusahaan Daerah (PD) Pasar Tohaga untuk dibuatkan Tempat Penampungan Sementara (TPS) bagi para pedagang saat masa pembangunan. ”Karena sepertinya Juli sudah bisa masuk konstruksi,” imbuhnya.
Untuk sisa pembangunan blok lainnya, sambung dia, Pemkab Bogor melalui Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappedalitbang) sudah mengajukan anggaran untuk tahap pembangunan selanjutnya pada tahun anggaran 2020.
”DED yang ada juga yang Rp35 miliar juga kan sudah lama, 2015, kita lihat nanti berapa. Intinya nggak bisa langsung total dan mesti dicicil, yang penting ada pembangunan karena los-los di sana sudah rapuh ya. Desember ditarget beres lah,” tegas Jona.
Revitalisasi Pasar Cisarua memang menjadi salah satu Pekerjaan Rumah (PR) Pemkab Bogor untuk diselesaikan. Apalagi, ada bantuan Pemprov Jawa Barat sebesar Rp10 miliar tahun ini.
Wakil Bupati Bogor, Iwan Setiawan, mengakui, revitalisasi Pasar Cisarua jadi PR besar untuk mengurangi beban lalu lintas di kawasan tersebut. Itu bukan pekerjaan mudah, sembari melihat kemampuan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemkab Bogor menambal anggaran yang ada.
”Waktu dulu, sempat kita dapat dana stimulan dari (pemerintah) pusat. Nilainya diatas Rp30 miliar, seperti Pasar Jasinga, Cigudeg, Jonggol dan Cariu. Semua dapat stimulan dari pusat,” katanya.
Iwan sempat meminta info dari Bappedalitbang, hanya ada bantuan Rp4 miliar dari program pusatnya Pasar Desa. Maka pemkab harus memutar otak mencari skema pembiayaan yang paling memungkinkan, yang efektif dan menguntungkan. ”Kalau itu (APBD) tidak ada, kita ikhtiar untuk plan lain. Misalnya dengan menggandeng pihak ketiga, dengan skema BOT (Build Overide Transfer),” ujar politisi Gerindra itu.
Namun, sambung Iwan, ada konsekuensi jika memang memakai skema BOT, di antaranya harga jual yang tinggi karena membangun dan dikelola dari bank. Sehingga pihaknya perlu menunggu reaksi dari berbagai pihak, jika ada wacana BOT.
”Kami akan kaji dan sosialisasi ke masyarakat. Kalau BOT bagaimana, nah kita tunggu reaksinya. Itu dana pusat. Dari kita mah APBD. Kalau tidak bisa juga, sebenarnya msih ada celah anggaran di CSR. Meskipun itu, sulit karena butuh dananya besar. Sehingga yang mungkin BOT atau APBD,” pungkasnya. (ryn/c/yok/py)