METROPOLITAN - Meski saat ini megaproyek pembangunan gedung Perawatan Blok 3 pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor sudah mendapatkan pemenang lelang, sebagian kalangan tak kunjung berhenti menyoroti sejumlah kejanggalan dalam proses lelang tersebut.
Rendahnya harga yang ditawarkan PT Trikencana Sakti Utama (TSU) dari pagu anggaran hingga buruknya histori TSU dalam dunia konstruksi merupakan topik hangat yang menjadi pembahasan. Informasi yang dihimpun, proyek pembangunan Gedung Perawatan Blok 3 senilai Rp101 miliar dengan kode tender 3142163 diikuti 110 peserta lelang di Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dalam situs resminya http://eproc.kotabogor.go.id/.
Menariknya, dari 110 peserta yang mendaftar mengerucut pada empat nama perusahaan beken dalam dunia konstruksi. TSU juga mengalahkan pesaingnya yang merupakan sejumlah nama besar di bidang konstruksi. PT PP Urban, PT Nindya Karya hingga PT Mam Energindo berhasil dikalahkan TSU pada proses lelang.
PT TSU keluar sebagai pemenang lelang dengan penawaran Rp89.706.107.164,14, tawaran terendah dari ketiga pesaingnya. Sementara PT PP Urban menawarkan Rp90.850.828.493,42, PT Nindya Karya Rp90.896.208.057,02. Sementara PT Mam Energindo menawarkan di harga Rp97.652.039.754,04.
Tak hanya itu, perusahaan yang bermarkas di Pademangan Barat, Jakarta Utara itu juga miliki histori buruk dalam dunia konstruksi. Salah satu contohnya saat menangani pembangunan revitalisasi gedung A , B dan C RSUD Cibitung, Kabupaten Bekasi yang menelan biaya Rp89 miliar. Dalam jangka waktu satu tahun pasca-pembangunan, plafon bangunan RSUD tersebut jebol di sejumlah bangunannya.
Ini tentu perlu diwaspadai, jangan sampai kejadian yang menimpa RSUD Cibitung, Kabupaten Bekasi, pada Agustus 2018 terjadi pada RSUD Kota Bogor kelak.
Direktur Eksekutif Center For Budget Analysis, Ucok Sky Khadafi, menuturkan, jika melihat dari jangka waktu proyek pembangunan gedung empat lantai dengan 264 ruang rawat inap tersebut, dikhawatirkan tidak bisa rampung seperti waktu yang telah ditetapkan.
”Proyek ini kan mesti selesai Desember 2019, berarti ada sisa waktu enam bulan ke depan. Dengan waktu ini memungkinkan tidak membangun gedung empat lantai dengan 264 ruangan,” kata Ucok. Bukan hanya dikhawatirkan tidak selesai tepat waktu, penawaran yang diajukan TSU dinilai sangat jauh dari pagu anggaran yang disediakan. Jika pembangunan jauh dari pagu yang disediakan, dikhawatirkan bakal mengurangi kualitas konstruksi pembangunan gedung itu sendiri.
Dari Rp101 miliar pagu anggaran yang disediakan untuk pembangunan, TSU menyanggupi pembangunan dengan harga Rp89,7 miliar. Angka tersebut sangat berbeda jauh dari pagu anggaran yang disediakan.
”Harganya murah, waktunya terbatas dan mereka ngotot mampu mengerjakan ini. Berarti mereka nekat. Jangan sampai proyek ini masuk kategori proyek asal,” paparnya.
Sementara itu, Wali Kota Bogor, Bima Arya, bakal mengawal seluruh proses pembangunan megaproyek pembangunan tersebut. ”Saya akan memonitor dengan detail agar kontraktor amanah dan pembangunan sesuai speknya, nggak boleh ada masalah di sana,” tegasnya.
Orang nomor satu di Kota Hujan itu mengaku akan turun langsung untuk memastikan proyek tersebut. ”Satu sentimeter pun tidak boleh ada permasalahan. Saya tidak mau kecolongan soal ini,” tutupnya. (ogi/c/yok/py)