Senin, 22 Desember 2025

3.000 RTLH Bosel Harap-harap Cemas

- Jumat, 12 Juli 2019 | 12:42 WIB

METROPOLITAN – Di tengah gencarnya wacana Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor mengembangkan dae­rah perekonomian di wi­layah utara, persoalan di Bogor Selatan (Bosel) justru masih membutuhkan per­hatian. Bahkan, di kecama­tan yang terdiri dari 16 ke­lurahan itu menyimpan persoalan kemiskinan dan potensi tingginya bencana alam.

Tahun ini saja, Kecamatan Bogor Selatan mengajukan sekitar 3.000 pemohon untuk pengajuan bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang tengah harap-harap cemas menunggu kepastian bantuan. “Data dari periode sebelumnya, ada 10.000 KK yang masuk kategori miskin. Sedangkan yang mengajukan RTLH tahun ini ada 3.000,” kata Camat Bogor Selatan, Atep Budiman, saat ditemui di kantornya, kemarin.

Demi mengurangi kemisk­inan, perlu berbagai upaya. Di antaranya soal infrastruk­tur rumah yang memadai melalui RTLH. Sebelum itu, camat yang baru saja dilan­tik Juni 2019 ingin melakukan pemetaan jumlah real ang­ka kemiskinan di wilayah dengan luas 3.81 hektare itu.

“Solusi kurangi yang 10.000 itu, kita akurasi data kemisk­inan, jangan sampai jumlah itu cuma miskin secara men­tal supaya nggak salah sasa­ran. Itu untuk data base tahun depan, jadi kalau ada jatah RTLH kita punya data prioritas,” ungkapnya.

Apalagi, sambung Atep, Wali Kota Bogor Bima Arya pernah menyampaikan se­cara umum bahwa pemkot ingin menyelesaikan 20.000 RTLH sesuai Rencana Pembangunan Jangka Me­nengah Daerah (RPJMD). Penyelesa ian RTLH juga dise­but bisa mengurai jumlah kemiskinan yang 10.000 KK di Kecamatan Bo­gor Selatan melalui fisik rumah.

Mantan camat Bogor Uta­ra itu berharap 3.000 peng­ajuan RTLH di Kecamatan Bogor Selatan bisa terako­modasi keseluruhan. Meski­pun ia sadar setiap kecama­tan mendapat ‘jatah’ berbe­da-beda soal RTLH.

“Selain fisik, dari peme­taan kita bisa untuk mengembangkan potense eco-wisata di selatan. Di Mulyaharja sudah ada dua kampung tematik, nah ini bisa menular ke kelurahan lain. Sehingga orientasinya bukan sebatas perlombaan atau sekadar beken di media, tapi ada manfaat buat warga. Dampaknya ke ekonomi warga bergerak. Sehingga angka kemiskinan bisa di­kerek,” terang Atep.

Dengan adanya data pasti setelah pemetaan, penerima RTLH bisa tepat sasaran dan menjadi prioritas lantaran sudah terverifikasi dan ter­validasi, sehingga bisa mendorong sesuai kuota yang diberikan. “Jadi data base. Nggak ada lagi tahun depan ada RTLH belum terinter­vensi, kita upayakan itu, sembari dorong yang 3.000 ini di-acc semua,” ujar.

Pemetaan itu pun, kata dia, untuk mengetahui wilayah mana saja yang rawan ben­cana alam. Apalagi kontur tanah di Bogor Selatan cen­derung berbukit, dataran tinggi dan tebingan yang seringkali rawan tanah long­sor saat musim hujan tiba. (ryn/c/yok/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X