Buntut ambruknya balok coran penyangga Tol Bogor Outer Ring Road (BORR), tepat di depan Perumahan Tamansari Persada, general manager dari kontraktor dan konsultan pekerjaan pun harus rela dicopot dari jabatannya, sesuai rekomendasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR)
DALAM rapat evaluasi antara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan PT Marga Sarana Jabar (MSJ), selaku pemilik proyek, pada Senin (15/7) menghasilkan beberapa rekomendasi.
Informasi yang dihimpun, Kementerian PUPR melalui Komite Keselamatan Konstruksi (K2) meminta kepada PT MSJ memberikan sanksi tegas kepada petugas yang lalai dan tak bertanggung jawab sesuai hierarki. Sampai tingkat general manager untuk kontraktor pelaksana PT Pembangunan Perumahan (PP) dan tim leader untuk konsultan Manajemen Konstruksi (MK), PT Indec KSO.
Penghentian sementara pekerjaan konstruksi proyek juga bakal berlangsung hingga seluruh rekomendasi dipenuhi dan dinyatakan memenuhi syarat oleh Komite K2 dan Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ). Selain itu, tercatat ada sepuluh rekomendasi lain yang juga diberikan.
Menanggapi hal itu, Direktur Utama PT MSJ Hendro Atmodjo mengatakan, pihaknya bakal menjalankan semua rekomendasi dan sanksi-sanksi yang diberikan kementerian PUPR melalui komite K2 itu. Termasuk permintaan kementerian untuk mencopot pimpinan pelaksana dan konsultan. ”Segera diganti hari ini (16/7),” katanya saat dikonfirmasi Metropolitan.
Yang jelas, sambung dia, setelah pihaknya menjalankan rekomendasi dan sanksi yang disampaikan, baru proyek Rp1,165 triliun itu bisa kembali dilanjutkan. ”Kita jalankan rekomendasi dan sanksi-sanksi tersebut, baru diizinkan mulai proyek lagi. Mudah-mudahan dua atau tiga hari ke depan sudah bisa mulai kerja lagi, Kamis (18/7) lah,” jelas pria gempal itu.
Tak hanya itu, PT MSJ rupanya harus menelan kerugian materil sebesar Rp1 miliar untuk satu beton yang harus diganti ulang oleh kontraktor. Sebagai pemilik proyek, pihaknya akan melaksanakan semua rekomendasi yang diberikan dari kementerian. “Kerugian nggak banyak sih, sekitar Rp1 miliar, untuk satu beton yang ambruk itu. Kondisi saat itu proyek baru 36,5 persen dari keseluruhan,” ujarnya.
Akan tetapi, tambah dia, ambruknya coran pier109 ini menyebabkan kemunduran progres. Idealnya, dalam satu minggu progresnya bisa tiga persen. Gara-gara ini bisa mencapai 4,5 persen. Untuk denda kepada PT PP, pihaknya masih menunggu progres. Sebab, ia masih memastikan bentuk sanksi, apakah sebatas penekanan untuk dicopot GM-nya atau ada denda yang akan dikenakan kepada kontraktor dan konsultan. ”Kita sedang hitung. Apa perlu denda atau hukuman pencopotan. Intinya, target tetap Desember 2019. Kalau mereka molor, baru kita denda. Untuk dua korban sudah keluar dari RS, semua tanggung jawab pelaksana,” terangnya.
Hendro menjelaskan, pemilihan PT PP sebagai kontraktor lantaran perusahaan itu menawar dengan penawaran terendah dibanding penyedia jasa lainnya. Sehingga PT PP dipilih sebagai kontraktor dengan nilai kontrak Rp1,165 triliun. “Di antara tiga lainnya dia paling rendah nawarnya, dengan spek yang sama. Spare-nya ada lah Rp200 miliar dibanding tiga lainnya,” terangnya.
Sementara itu, Ketua Komisi III DPRD Kota Bogor, Mahpudi Ismail, menuturkan, pihaknya sudah turun langsung ke lapangan dan melihat yang sebenarnya terjadi pasca-ambruknya coran itu. Termasuk keterangan langsung dari PT MSJ. “Kita tekankan itu, kita beri peringatan keras, ini sudah ada korban. Pemeriksaan kita serahkan ke kementerian, nanti hasilnya kami tindak lanjut sebagai peringatan keras untuk PT MSJ dan kontraktornya,” pungkas politisi Gerindra itu. (ryn/c/yok/py)