METROPOLITAN – Sejak ambruk Rabu (10/7), pembongkaran beton coran Jalan Tol Bogor Outer Ring Road (BORR) di Kelurahan Cibadak, Kecamatan Tanahsareal, Kota Bogor, hingga kini belum juga rampung. Bahkan, pembongkaran coran Pier109 yang menyebabkan kemacetan parah di kedua jalur nasional itu dipastikan molor dari target. Kemacetan juga tak hanya dialami kendaraan di jalur utama. Jalan perkampungan di sekitar Jalan KH Sholeh Iskandar pun ikut terdampak.
Hal tersebut disampaikan General Affair PT Pembangunan Perumahan (PP), Suryo. Sebagai kontraktor dari pemilik proyek, PT Marga Sarana Jabar (MSJ), PT PP diwajibkan bertanggung jawab terhadap kelalaian yang berakibat ambruknya coran untuk dasar jalan layang itu. Termasuk salah satu rekomendasi dari Komite Keselamatan Konstruksi (K2) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) kepada PT MSJ untuk mencopot General Manager (GM) dari kontraktor dan konsultan. “Infonya rencana Kamis (18/7) bisa selesai, tapi saya sempat tanya ke engineer-nya, kita belum bisa memastikan itu,” kata Suryo saat ditemui Metropolitan, kemarin. Dengan begitu, sambung Suryo, pihaknya berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor dan Polresta Bogor Kota untuk memperpanjang penerapan kontra-flow pada lalu lintas depan Perumahan Tamansari Persada. Ia mengakui ada kesulitan dalam membongkar betonan yang ambruk lantaran beberapa elemen sudah menempel dengan sempurna. “Kalau jalan dikembalikan normal itu kan menunggu pekerjaan pembongkaran selesai. Kalau pembongkaran belum, ya lalu lintas jalan juga masih kontra-flow,” ucapnya. Sedangkan untuk rekomendasi dari Komite K2 Kementerian PUPR kepada PT MSJ yang mesti dikenakan kepada PT PP, pihaknya masih menunggu surat turunan dari PT MSJ. Sebab, PT MSJ belum menerima surat rekomendasi resmi dari Kementrian PUPR. Yang pasti, pihaknya bertanggung jawab penuh atas kejadian tersebut. “Kita lakukan percepatan kok. Tapi karena pertimbangan teknis, tetap kontraflow lah di satu jalur arah Semplak, rekomendasi pemilik proyek kita laksanakan semua,” katanya. Namun, ia enggan menyebut berapa potensi kerugian yang dialami Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu karena ambruknya tiang ke-10 dari total 57 tiang penahan jalan tersebut. Perkiraan mencapai Rp1 miliar. Namun, Suryo mengklaim penyetopan selama delapan hari itu tidak mengganggu upaya mencapai target selesai pada Desember 2019. “Ada pengurangan waktu, ada juga kerugian materil, tapi nggak bisa saya sebut berapa. Yang pasti ada dari segi materi dan waktu. Tapi, kita optimis bisa sampai selesai akhir tahun,” ungkap Suryo. Padahal, Direktur Utama (Dirut) PT MSJ, Hendro Atmodjo, pernah menekankan pekerjaan pembongkaran harus rampung pada Kamis (18/7), sehingga arus lalu lintas bisa normal dua arah hari ini (19/7). Selain itu, pihaknya juga bisa segera menjalankan rekomendasi dan sanksi yang diberikan kementerian. “Kita ingin Jumat bisa dibuka (jalan, red), dimulai kembali pekerjaan, karena waktu jalan terus. Pas delapan hari pasca-dibongkar,” ucapnya. Ambruknya coran pier109 ini juga berakibat pada kemunduran progres. Idealnya, dalam satu minggu progresnya bisa tiga persen. Gara-gara ambruknya coran, kemunduran dari proyek itu mencapai 4,5 persen. Untuk denda kepada PT PP, pihaknya masih menunggu progres. Sebab, ia masih memastikan bentuk sanksi, apakah sebatas penekanan untuk dicopot GM-nya atau ada denda yang akan dikenakan kepada kontraktor dan konsultan. ”Kita sedang hitung. Apa perlu denda atau hukuman pencopotan. Intinya, target tetap Desember 2019. Kalau mereka molor baru kita denda. Kerugian nggak banyak sih, sekitar Rp1 miliar, untuk satu beton yang ambruk itu. Kondisi saat itu proyek baru 36,5 persen dari keseluruhan,” terangnya. Sementara itu, Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Kota Bogor, Hamzah, berharap pemerintah segera memberikan sanksi tegas kepada kontraktor yang telah merugikan masyarakat Kota Hujan. “Katanya BUMN, tapi bikin jalan saja nggak becus. Jangan karena keuntungan semata malah merugikan rakyat Indonesia,” pungkasnya. (ryn/c/yok/py)