Senin, 22 Desember 2025

Ini Dia Kisah Guru Ngaji Penerima Insentif

- Rabu, 24 Juli 2019 | 10:40 WIB

METROPOLITAN - Usianya sudah tak muda lagi. Garis keriput nampak menghiasi wajahnya. Namun semangat­nya dalam menebar ilmu patut diapresiasi. Wanita berusia 64 tahun itu pun selalu ramah kepada setiap orang yang di­jumpainya.

Adalah Iyam Maryam, seo­rang guru ngaji di Kampung Jayasari, Kelurahan Rangga­mekar, Kecamatan Bogor Selatan. Ia mulanya hanya mengajarkan mengaji untuk cucu-cucunya di rumah. Namun sejak 2008 ia mulai menerima murid-murid di lingkungan sekitarnya lanta­ran ustadz yang biasa menga­jar di masjid sudah berpindah rumah.

”Sekarang ada 80 anak yang ngaji Iqro dan Alquran serta dibagi dua sesi, yakni sore dan malam. Saya ngajar ngaji dibantu anak saya,” ujar­nya.

Iyam mengaku sangat ber­syukur bisa mendapatkan uang insentif dari Pemerin­tah Kota (Pemkot) Bogor. Sebab, meski dirinya mem­punyai 80 murid, ia tidak mematok biaya alias seikh­lasnya dari orangtua murid.

”Saya ng­gak mikirin soal murid bayar atau nggak. Yang penting anak-anak bisa ngaji dan saya akan mengajar sampai saya mampu. Kalau saya nanti sudah nggak mampu, anak saya akan me­neruskannya karena saya ingin anak-anak tetap belajar ngaji,” tegasnya.

Cerita berbeda datang dari Agus Muharom. Bapak 29 tahun ini menjadi penerus almarhum orang tuanya yang sudah 13 tahun mengajar ngaji untuk anak-anak di Ke­bonkalapa, Batutulis. Sebelum ayahandanya meninggal, su­dah memberikan wasiat pada anak pertamanya itu agar menjadi guru ngaji bagi anak-anak di lingkungannya. ”Se­belum bapak meninggal, saya sudah bantu bapak ngajar ngaji. Jadi, saya menerima wasiat ba­pak dan keluarga mendu­kung,” jelas­nya.

Agus yang merangkap driver ojek online ini menutur­kan, setiap hari sebe­lum mengajar, dirinya mengo­jek terlebih dulu. Ia akan pulang sebelum pukul 17:00 WIB un­tuk bersiap-siap mengajar ngaji di rumah orang tuanya hingga sehabis Isya.

Semua yang dilakukan ini tak sekadar menjaga amanah, te­tapi demi anak-anak muridnya agar rajin mengaji dan mema­hami agama di tengah pergau­lan saat ini. ”Pergaulan sekarang kan bebas banget ya dan yang bisa menjaga mereka itu agama, jadi jangan sampai anak-anak tidak paham agama,” imbuhnya.

Sementara itu, asisten Eko­nomi Pembangunan dan Ke­sejahteraan Rakyat, Dody Ah­diat, mengatakan, ada 572 guru ngaji se-Kecamatan Bogor Selatan yang mendapatkan uang insentif dari pemkot. Uang yang diberikan sebesar Rp100.000 dipotong Rp5.400 untuk iuran BPJS Ketenagaker­jaan. ”Ini kami kasih enam bulan sekali. Jadi, mereka me­nerima Rp567.600 dan ditrans­fer langsung ke rekening BJB masing-masing,” katanya.

Ia menambahkan, tahun de­pan pemkot mengupayakan untuk menambah insentif se­kaligus kuota guru ngaji dari tahun ini yang baru mencapai 2.500 guru ngaji se-Kota Bogor. Sebab, potensi guru ngaji di Kota Bogor akan semakin me­ningkat. Acara pun tak akan dibuat seremonial seperti se­karang, mengingat niat pemkot sudah tersampaikan ke masy­arakat.

”Nanti kami akan kerja sama dengan berbagai organisasi keagamaan untuk memberikan materi kepada guru ngaji agar mereka bisa mendidik murid­nya dengan baik,” pungkasnya.(*/yok/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X