METROPOLITAN - Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) yang sempat menimpa tiga warga Kampung Gandok, RT 03/05, Kelurahan Pakuan, Kecamatan Bogor Selatan, menimbulkan kecurigaan bahwa tempat IPAL milik SEAMEO Biotrop, yang kini terbengkalai, menjadi sarang nyamuk aedes aegypti. Apalagi, jaraknya hanya sekitar 3-4 meter dari perkampungan warga. Belum lagi, ini bukan pertama kali terjadi. Sebab, setiap tahun seringkali warga menegur lantaran penampungan air itu kini tak lagi digunakan dan malah menjadi sarang nyamuk saat hujan datang.
Senior Supervisor Services Laboratory SEAMEO Biotrop, Santi Ambarwati, mengatakan, pihaknya memahami kegelisahan warga terkait ini dan mengerti jika warga beranggapan kolam tersebut menjadi salah satu penyebab DBD. Apalagi, kolam penampungan air itu tak lagi digunakan lantaran Lab BRMC di sebelahnya tidak lagi digunakan.
”Waktu aktif, IPAL itu mengolah limbah lingkungan, bukan limbah kategori B3. Karena nggak lagi operasi, otomatis nggak ada air ngalir. Permukaan nggak sampai pipa paralon ke saluran bak berikutnya. Akibatnya, air menggenang dan nggak ngalir,” katanya saat ditemui Metropolitan, kemarin.
Untuk solusi jangka pendek, pihaknya sudah menutup penampungan air itu dengan seng dan dipaku di pinggirannya untuk menghindari masuknya air hujan dan menjadi jentik nyamuk. Lalu, pihaknya akan merapatkan terlebih dulu penanganan selanjutnya, bisa saja diurug dan ditutup atau dimanfaatkan sebagai media kompos. Meski begitu, ia berjanji akan menjaga penutupan tersebut. Sebab, beberapa waktu lalu pernah ditutup, tapi dilepas oleh orang tak dikenal.
”Karena ini aset ya, nggak bisa sembarangan. Untuk itu sementara kita tutup dulu. Baru keputusan akan jadi apa, selanjutnya. Kami juga akan mengadendakan ketemu warga supaya lebih jelas duduk perkaranya. Penutupan ini jangka pendek, mudah-mudahan nggak ada yang cabut seng ini,” tegasnya.
Sementara itu, orang tua korban DBD, Wawan Kushermawan, mengaku bosan dengan janji yang dilontarkan pihak Biotrop. Sebab, ini bukan pertama kali terjadi dan beberapa kali warga mengadu namun tak digubris. ”Dulu pernah ditutup, tapi kebuka lagi dan jadi sarang nyamuk sampai akhirnya kemarin ada tiga warga yang jadi korban DBD,” terangnya.
Ia juga menekankan pihak Biotrop konsisten terhadap janjinya kali ini. Bahkan, bila perlu jika fasilitas itu tidak lagi digunakan harus diurug agar tak lagi menjadi sarang jentik nyamuk. ”Urug saja, biar nggak ngendap air hujan di situ. Dulu pernah ditutup seng, hasilnya nggak efektif. Lebih baik mencegah kan,” ujarnya.
Wawan berharap peristiwa ini tak terjadi pada warga lainnya di Kampung Gandok. Mengingat jarak antara fasilitas yang tak terpakai itu hanya dipisahkan selokan kecil. ”Jadi wajar warga resah,” tuntasnya. (ryn/c/yok/py)