METROPOLITAN - Sebanyak 30 bencana terjadi di Kota Bogor sepanjang Juli 2019. Kebakaran rumah, pohon tumbang, rumah roboh, gempa bumi dan tanah ambles hingga penyelamatan adalah sejumlah kategori bencana yang mewarnai Kota Hujan sepanjang Juli.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor, 30 bencana itu mengakibatkan 12 rumah, satu unit mobil dan dua orang mengalami luka ringan. Kendati tidak menimbulkan korban jiwa, ini tetap perlu mendapatkan perhatian khusus. Sebab, kejadian tersebut berdampak terhadap 280 Kepala Keluarga (KK), dengan rincian terdampak sebanyak 448 jiwa. Sementara pada Juni 2019, angka bencana Kota Bogor sedikit lebih rendah, dengan 22 bencana. Dengan rincian 21 KK terdampak dan 81 jiwa terdampak.
”Jumlah bencana Kota Bogor pada Juni lalu sebanyak 22 bencana, sedangkan Juli 30 bencana. Artinya ada peningkatan 8 bencana yang terjadi dari Juni ke Juli,” kata Kepala BPBD Kota Bogor, Juniarti Estiningsih.
Jika dirinci berdasarkan kategori bencana, pada Juli kebakaran rumah mencapai 9 peristiwa, diikuti rumah roboh 5 kejadian, 4 pohon tumbang dan 2 rumah gempa dan roboh. Sementara 10 lainnya masuk kategori tindakan penyelamatan lain-lain oleh BPBD Kota Hujan. Sementara pada Juni, tanah longsor merajai bencana di Kota Hujan dengan total 8 kejadian, disusul bencana rumah roboh, kebakaran dan penyelamatan lain-lain yang masing-masing berjumlah 4 peristiwa. Sementara dua lainnya peristiwa pohon tumbang.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiap-siagaan BPBD Kota Bogor, Ari Priyono, menjelaskan, secara umum potensi bencana di Kota Hujan terbagi dua kategori, musiman dan nonmusiman. Musiman adalam bencana yang terjadi pada musim tertentu, seperti banjir lintasan, longsor, dan angin yang kerap terjadi pada musim penghujan.
“Kami juga sudah melakukan klasifikasi tertentu, terhadap sejumlah kecamatan dan beberapa kelurahan yang ada di Kota Bogor, seperti wilayah yang berpotensi terjadi banjir lintasan, tanah longsor,” bebernya.
Berdasarkan data yang ada di BPBD, Kecamatan Bogor Tengah, Bogor Selatan dan Tanah Sareal adalah tiga kecamatan yang cukup rawan adanya potensi banjir lintasan dan longsor. “Semua terjadi karena ada aliran sungai dan kontruksi lahan yang cukup miring,” ucap Ari.
Sementara untuk bencana kekeringan, biasanya terjadi di wilayah Kecamatan Bogor Selatan, di Kelurahan Bojong Kerta. “Kalau untuk kebakaran biasanya terjadi di sejumlah kawasan padat penduduk, tapi tidak menutup kemungkinan juga bisa terjadi dimana saja,” bebernya.
Disinggung soal potensi angin kencang dan pohon tumbang, mantan kepala Seksi Angkutan Dalam Trayek tersebut mengaku tidak berani mengatakan dimana lokasi pastinya. Lantaran bencana angin kencang sukar untuk ditebak.
“Yang pasti di wilayah yang banyak pohonnya,” tutupnya. (ogi/c/yok)