METROPOLITAN – Sekitar 25 persen murid Kota Bogor yang baru duduk di bangku SD berpotensi menggunakan kacamata. Hal itu dikatakan Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Prime dan Tradisional di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Armein. Ia menjelaskan, hal ini disebabkan tingginya penggunaan gadget di kalangan pelajar.
“Zaman sekarang ini anak-anak hampir semua bisa mengoperasikan android. Bahkan, anak kecil masa kini lebih memilih nonton youtube dan televisi ketimbang belajar. Ini tentu PR bagi orang tua,” kata Armein saat ditemui wartawan koran ini, kemarin.
Terlebih, sejak 2015 tren penggunaan kacamata baca di kalangan pelajar kerap mengalami peningkatan setiap tahunnya. Mirisnya, peningkatan itu didominasi pelajar yang baru menginjak 7 hingga 10 tahun.
“Kalau untuk umur pengguna kacamata beragam, tapi hampir setiap tahun ada peningkatan. Sekitar tiga hingga lima persen pasti bertambah,” bebernya.
Penggunaan alat bantu melihat itu, sambung Armein, bisa memengaruhi prestasi anak dalam kelas. Terlebih, mereka yang tidak segera ditangani sejak dini. Gangguan penglihatan di usia dini bisa diatasi selama belum terlambat.
“Intinya, kita perlu mendeteksi sedini mungkin. Karena salah satu masa keemasan itu terjadi saat usia 7 hingga 12 tahun. Makanya perlu dijaga kualitas pandangan anak itu sendiri. Paling tidak kita mencegah tingkat keparahan gangguan penglihatan anak,” ujarnya.
Sementara itu, Gabungan Pengusaha Optik Indonesia (Gapopin) Kota Bogor, Tri Joko Purnomo, membenarkan adanya dominasi usia dini dalam penggunaan kacamata. Ia tak menampik pelanggan terbesarnya mayoritas dari kalangan pelajar dan mahasiswa. “Gangguan penglihatan secara umum bisa diminimalisasi, tergantung penanganan dini yang dilakukan. Tapi itu sulit dilakukan jika pasien berusia 12 tahun ke atas,” ungkapnya.
Tri mengungkapkan, ini menjadi salah satu alasan pihaknya memberikan bantuan pemeriksaan mata gratis untuk 200 pelajar se-Kota Bogor. Acara yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan itu diharapkan bisa memicu kesadaran orang tua betapa pentingnya menjaga kesehatan mata.
“Demi menekan angka pemakaian kacamata di usia SD, kami juga membagikan kacamata baca kepada 200 murid secara cuma-cuma,” bebernya. Dengan diberikannya kacamata dan sejumlah pemahaman kepada pelajar, maka bisa menekan angka konsumsi kacamata di kalangan pelajar.
“Dengan acara pemeriksaan mata dan pembagian kacamata gratis ini bisa lebih mengingatkan kesadaran pelajar dan orang tua dalam menjaga penglihatan mata. Sekaligus menekan angka pertumbuhan konsumsi kacamata di kalangan pelajar yang setiap tahun selalu bertambah,” paparnya. (ogi/c/yok/py)