METROPOLITAN - Program Studi (Prodi) Magister Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB) menghelat International Conference of Resources and Environmental Economics (ICREE) di IPB International Convention Centre (IICC), Kamis (22/8). Tidak hanya peserta dari luar negeri, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan juga hadir sebagai pembicara.
Seminar internasional ini diikuti peserta dari lima negara, yakni Indonesia, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Bangladesh dan India.
Dalam paparannya, Menteri ESDM, Ignasius Jonan, mengatakan, pemerintah punya target bauran energi hingga 2050. Termasuk soal Bahan Bakar Minyak (BBM), di mana pemerintah punya kebijakan B20 untuk meningkatkan bauran energi terbarukan. Untuk urusan pembangkit listrik, pemerintah juga mendorong pemanfaatan energi terbarukan, di antaranya penerapan solar rooftop yang kini tengah didorong kepada instansi pendidikan untuk menerapkan solar rooftop di setiap gedung.
“Saat ini aplikasi energi terbarukan di masyarakat secara persentase mencapai 13 persen, karena menggunakan B20 atau biodiesel. Tahun depan presiden ingin ada penggunaan bahan nabati untuk campuran biosolar atau Fatty Acid Methyl Ester (FAME) dicampur ke minyak solar, minyak diesel menjadi B30,” kata Jonan. Sehingga 20 perpenggunaan bahan nabati sen bahan bakar sudah bisa diperbaharui, termasuk dengan listrik karena bahan bakar dan listrik merupakan dua hal penting.
“Listrik hari ini 13 persen, targetnya berapa hingga 2025? Hingga 23 persen, saya katakan tidak mudah, tapi kita akan coba paling kurang 20 persen,” terangnya.
Mantan menteri perhubungan ini melanjutkan, persiapan menuju B30 memerlukan dua instansi, yakni Badan Usaha Bahan Bakar Nabati dan Badan Usaha Bahan Bakar Minyak. Ini tidak harus Pertamina, karena semua yang menjual minyak diesel di Indonesia harus ikut serta, termasuk Badan Usaha Bahan Bakar Minyak yang jualan ke pabrik-pabrik.
Sementara itu, Rektor IPB, Arif Satria, menuturkan, selama dua dekade tantangan utama yang dihadapi dunia yakni soal makanan dan energi (food and energy). Kini IPB telah memiliki Center of Excellent dalam bidang pengembangan biomassa agar ke depan IPB akan terus melakukan inovasi untuk mendorong perwujudan energi 4.0.
Arif mengaku persoalan bioenergi bukan perkara mudah dengan tantangan yang luar biasa. Pihaknya pun ingin turut serta dan memegang peran penting dalam pengembangan Bioenergi. Baginya, ada tiga isu penting, yakni soal pangan, lingkungan dan energi.
“Pangan dan energi ini kan saling berkompetisi, karena lahannya bersama. Mana untuk pangan, pakan dan energi,” terangnya. Sehingga, tambah Arif, harus ada sumber lain atau Bioenergi yang bersumber dari produk nonpangan agar mengurangi kompetisi dan lahan. Misalnya tebu yang bisa menjadi gula dan lainnya untuk Bioetanol, sehingga jadi persoalan.
“Begitu pula singkong, kita harus mencari inovasi lain. IPB akan bisa menghasilkan produk nonpangan yang bisa juga untuk energi. IPB pun akan bekerja sama dengan Kementerian ESDM dalam membangun etalase Bioenergi,” katanya. (ryn/c/yok/py)