METROPOLITAN - Fenomena maraknya pernikahan dini atau usia remaja rupanya masih terjadi di Kota Bogor. Kementerian Agama (Kemenag) Kota Bogor menggelar pembinaan terhadap remaja usia pranikah di Hotel Onih, kemarin. Berbagai persoalan, persiapan pernikahan hingga bahaya pernikahan dini untuk kaum muda jadi bahasan. Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Kota Bogor Ade Sarmili mengatakan, kegiatan pembinaan usia pra remaja pra nikah dengan beberapa maksud, diantaranya soal kewajiban untuk mengedukasi para remaja, supaya tahu bahaya laten tentang pernikahan dini. Lalu, sambung dia, Kemenag Kota Bogor ingin memunculkan nuansa bahwa pernikahan bukan perkara gampang. Sehingga perlu kemampuan dan wawasan. ”Nikah itu ibadah sepanjang masa. Kalau hari ini kita memahami (orang), maka besok harus memahami lagi orang yang sama. Dinamis terus,” katanya saat ditemui Metropolitan, kemarin. Menurutnya, agar pernikahan menjadi sebuah lembaga yang terhormat, maka kita lakukan kegiatan bagi remaja usia nikah. ”Kami punya peran untuk menjalankan masyarakat supaya sadar dengan usia pernikahan,” ucapnya. Pada kegiatan kali ini, kata Ade, ada 40 orang dari perwakilan dari kelurahan-kelurahan di enam kecamatan se-Kota Bogor, dengan perkiraan usia 15-20 tahun. Diharapkan, minimal para peserta pembinaan nantinya bisa menjadi agen di tengah-tengah masyarakat, memberikan edukasi tentang pernikahan dini. Di beberapa kecamatan, memang banyak jumlah pernikahan usia remaja, yang diantaranya karena hamil diluar nikah. “Fenomena ini yang ingin kita kikis. Rata-rata itu terjadi pada masyarakat yang kurang mapan. Makanya kita beri treatmen ini. Aturan kita tegakan, tapi tetap jaga kehormatan orang lain. Ajaran islam tidak melarang pernikahan usia remaja, karena yang diatur kesiapan dan kedewasaannya. Maka, ilmu sebelum menikah juga harus bagus,”terangnya. Beberapa bahaya pernikahan dini atau usia remaja, diantaranya soal kesehatan reproduksi, jadi salah satu bahasan pembinaan. Apalagi di zaman sekarang, anak remaja cenderung lebih cepat dewasa sebelum umurnya, yang disebabkan karena teknologi. “yang tanpa kontrol, jadi dewasa sebelum waktunya. Pembinaan ini diharapkan mengurangi efek dari itu juga,” tutup Ade. (ryn/c/yok)