METROPOLITAN – “Hayu ngungsii..” teriak seorang ibu kepada para tetangganya. Wanita paruh baya mengenakan daster itu membopoh barang-barang seadanya, bersama anaknya yang masih kecil, ke rumah tetangga yang lebih tinggi menuju gang utama. Tak aneh, Senin (14/10) sore menjelang petang itu langit gelap gulita pertanda hujan bakal segera turun.
Kekhawatiran dan trauma menghantui warga Kampung Sukajaya, Kelurahan Tajur, Kecamatan Bogor Timur, takut terjadi longsor susulan akibat ambruknya Tembok Penahan Tanah (TPT) dari proyek pembangunan Mal Boxies 123. Seperti bencana Sabtu (12/10) lalu, yang memaksa belasan warga mengungsi dan kehilangan rumahnya karena diterjang longsoran tanah.
Seperti diutarakan warga RT 1/6, Wahyu, yang menerangkan saat ini kondisi warga terdampak sangat was-was karena takut terjadi longsor susulan. Apalagi hingga saat ini, tumpukan tanah dari atas proyek mal di bilangan Tajur itu belum juga dibersihkan secara sempurna oleh pihak berwenang. Beberapa memang sudah mengungsi ke rumah warga lain yang tidak terdampak bencana, tapi tetap saja rasa takut menghantui warga lainnya yang masih bertahan di rumahnya.
“Memang sudah ada kesepakatan dengan owner, akan memperbaiki tanggul yang rusak, yang tidak rusak dan mengganti kerugian. Tapi tentu kami minta jaminan supaya tembok itu memenuhi standar, supaya warga merasa aman, ” katanya kepada Metropolitan, kemarin.
Ia juga menekan kepada pengembang agar secepatnya melakukan tindakan lantaran warga sangat takut dan khawatir ada longsor susulan atau jebolan di titik-titik lain pada TPT itu. Sebab, pasca kejadian, warga juga sempat meninjau ada titik-titik lain yang rawan retak dan bisa saja menimpa rumah-rumah yang ada dibawahnya.
“Kurang lebih ada dua titik lah. Tingginya rata-rata variasi, 4-5 meter. Kita minta jaminan saja supaya segera perbaiki semua kerusakan, ” ujarnya.
Sementara itu, Pemilik proyek Mall Boxies 123 PT Sinar Indonesia Loka Tajur Willy Widjaja justru secara tersirat cenderung menyalahkan kondisi alam dan cuaca Kota Bogor yang mulai dilanda hujan deras. Seakan tidak tahu julukan Kota Bogor sebagai Kota Hujan, pria paruh baya itu tidak ingin berbicara soal teknis kekuatan TPT yang dibuat sebagai batas dengan pemukiman warga yang secara kontur ada di bawah lokasi proyek.
“Pembangunan sudah dua tahun, tapi ada kok yang baru dibuat. Bukan karena apa-apa, cuma karena hujan lebat saja turun terus waktu itu. Cuma faktor alam saja, ” singkatnya.
Meski begitu, Wily mengaku siap bertanggung jawab atas semua kerugian yang diderita masyarakat karena musibah tersebut.
“Yang pasti itu saja, kan pada prinsipnya semua warga juga nggak apa-apa tuh,” tegasnya.
Di tempat yang sama, Camat Bogor Timur, Abdul Wahid mengatakan, warga terdampak secara total berjumlah 63 jiwa dari 17 kepala keluarga (KK). Sedangkan rumah yang terdampak rusak berat ada dua rumah, dari lima rumah yang terkena lumpuran dan banjir dari lokasi proyek.
"Semua kerugian harus ditanggung pihak pengembang dan warga sudah meninggalkan lokasi. Memang ada juga warga yang belum direlokasi, saya meminta kepada pihak pengembang untuk merelokasi semua warga terdampak, " tutupnya. (ryn/c/yok)