Minggu, 21 Desember 2025

Pancasila Harus Teraplikasi di Masyarakat

- Senin, 25 November 2019 | 08:13 WIB
PROGRAM: Anggota MPR RI periode 2019-2024, Habib Fahmy Alaydroes, saat melakukan kegiatan sosialisasi 4 pilar MPR RI di Desa Kabasiran, Kecamatan Parungpanjang.
PROGRAM: Anggota MPR RI periode 2019-2024, Habib Fahmy Alaydroes, saat melakukan kegiatan sosialisasi 4 pilar MPR RI di Desa Kabasiran, Kecamatan Parungpanjang.

METROPOLITAN - Anggota MPR RI periode 2019-2024, Habib Fahmy Alaydroes, mengurai butir-butir Pancasila di Desa Kabasiran, Kecamatan Parungpanjang, Kabupaten Bogor. Habib, demikian biasa dia disapa, menggelar acara tersebut pada Minggu (24/11) di Aula Gelanggang Olahraga Masyarakat. Acara yang dimoderatori Wasto, anggota DPRD Kab Bogor periode 2014-2019 itu, berlangsung semarak dan seru. Menurutnya, pemahaman yang benar tentang Pancasila harus senantiasa diberikan kepada masyarakat agar nilai-nilai Pancasila bukan cuma sekadar menjadi pengetahuan tapi harus juga terinternalisasi dan teraplikasi dalam kehidupan masyarakat. “Saat ini masyarakat, jangankan mungkin menginternalisasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, urutan Pancasila pun mungkin ada masyarakat yang sudah lupa atau bahkan tidak hafal,” kata Habib. Ia menjelaskan, seharusnya masyarakat bahkan bisa mengetahui sejarah lahirnya Pancasila, dari tanggal 1 Juni 1945 sampai dengan 18 Agustus 1945. Masa-masa tersebut, sambungnya, merupakan masa-masa pergolakan pemikiran dan perjuangan kemerdekaan yang sangat krusial dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. “Kita tentu tidak usah terlalu mempersoalkan kapan lahirnya Pancasila, dalam keppres tentang itu pun kini sudah diterbitkan Presiden, yang menyatakan bahwa Pancasila lahir pada 1 Juni 1945. Sebagai warga negara tentunya taat dan patuh pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia ini,” beber Habib. Lebih jauh, Fahmy, yang juga anggota Komisi X DPR RI itu, berusaha ingin menjelaskan lebih detil tentang butir-butir Pancasila yang pada zaman Orde Baru tertuang dalam Eka Prasetya Pancakarsa (Tekad yang tunggal untuk melaksanakan lima kehendak). “Sila pertama yakni, Ketuhanan Yang Maha Esa. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang bertuhan, percaya dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Kemudian kita berusaha menumbuhkan rasa saling menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup,” tukasnya.(yok)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X