METROPOLITAN – Sejak dibuka dan dikelola PT Sayaga Wisata pada 2016 lalu, tempat wisata pemandian air panas Tirta Sayaga di Desa Bojongindah, Kecamatan Parung, nyatanya selalu dibanjiri pengunjung. Apalagi pada akhir pekan dan hari libur, warga tumpah ruah di pemandian air panas alami dari gunung kapur itu. Pada 2020 ini, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kabupaten Bogor punya beberapa strategi demi meningkatkan kualitas pelayanan wisata. Direktur Operasional (Dirops) PT Sayaga Wisata Ivan Fadilla mengatakan, kunci utama dari pengelolaan pariwisata merupakan inovasi. Apalagi tempat wisata yang bertema wisata alam seperti Tirta Sayaga Ciseeng yang punya andalan pemandian air panas alami. Sebab selain rekreasi bagi pengunjung, ada fungsi kesehatan pada pemandian air panas. Ia mengakui, belakangan muncul tempat wisata baru sejenis di sekitar Tirta Sayaga, dengan air panas buatan plus harga bersaing. “Apalagi kita cuma dua hektar. Makanya kita mesti inovasi dan memperbaiki fasilitas. Sebelumnya kan kita fokus perbaikan dan meningkatkan kualitas room dan kolam air panas serta bagian depan, nah tahun ini kita ingin coba untuk memperbaiki bagian belakang,” katanya saat ditemui Metropolitan di ruangannya, kemarin. Penataan fasilitas itu, sambung dia, ingin agar bagian belakang lebih rapi sehingga ada hamparan yang bisa digunakan wisatawan untuk piknik atau cucurak (makan bersama), menggelar tikar dan makan bersama keluarga. Apalagi untuk masuk ke Tirta Sayaga, pengunjung diperbolehkan membawa makanan sendiri dari rumah, sebagai inovasi jangka pendek. “Kita ingin orang datang itu nggak sekedar mandi air panas atau menikmati permainan, tapi orang bisa piknik. Mereka gelar tikar, makan-makan bareng keluarga. Kalau disana kan boleh bawa makanan sendiri dari rumah atau dari luar,” tutur ayah dari artis Verrel Bramastya itu. Inovasi jangka pendek itu, kata Ivan, demi menggenjot kunjungan di tengah keterbatasan anggaran. Sebab untuk melakukan perbaikan infrastruktur besar, tentu membutuhkan sokongan investor. Apalagi sejak awal, Sayaga Wisata masuk dengan nol modal karena kerjasama dengan PT Eksotika sebagai pengelola dengan skema Build-Operate-Transfer (BOT), dimana keuntungan diperoleh dengan profit sharing. “Jangka menengah, kita sedang hitung, untuk mengelola wisata di Gunung Panjang, yang lokasinya bersebrangan dengan Tirta Sayaga. Kita sedang hitung kemungkinan dan potensi disana, bagus atau tidak, jadi bisa disatukan,” tukasnya. Sementara itu, Direktur Umum (Dirum) PT Sayaga Wisata Aminudin mengatakan, sejak dikelola per 2016 silam, keuntungan Tirta Wisata rata-rata mencapai Rp500-600 juta per tahun. Pada 2019 lalu, laba yang diperloleh sekitar Rp585 juta, dari pendapatan total Rp2,6 miliar dikurangi pengeluaran sekitar Rp2,2 miliar. Menurutnya, paling terasa jumlah pengunjung membludak saat liburan Idul Fitri. “Itu bisa 5-7 ribu (pengunjung, red). Tapi weekend atau libur biasa juga ada lonjakan lebih dari 100 persen dibanding hari biasa. Awal kita masuk kan tanpa modal. Makanya menggandeng investor asing dengan investasi awal Rp4 miliar. Potensi dan hasilnya luar biasa. Dulu terkesan kumuh, sekarang lebih tertata,” papar Amin. Saat ini, ada tiga kolam besar pemandian air panas yang menjadi idola para pengunjung, yakni satu ukuran standar 3×6 meter dan VIP berukuran 8×15 meter. Selain itu, ada 19 kamar beragam jenis untuk para pengunjung yang ingin menikmati air panas mengandung belerang alam ini dengan privasi. Sehingga ada banyak pilihan bagi para pengunjung yang ingin menghabiskan waktu liburan dengan anak ataupun keluarganya. “Range-nya beragam, ada yang standar hingga VIP. Mulai dari Rp25-50 ribu dengan batas waktu. Sedangkan untuk kolam besar itu mulai dari Rp15 ribu sampai Rp20 ribu,” tuntasnya. (ryn/c/yok)