METROPOLITAN - Pasca-ditutupnya hotel-hotel di Kota Bogor pada pertengahan Maret, kini posisi pengusaha hotel di Kota Bogor berada di titik nadir. Ketua Perhimpunan Hotel dan Resto Indonesia (PHRI) Kota Bogor, Yuno Abeta Lahay, menuturkan, sebanyak 30 hotel di Kota Hujan sudah merugi hingga Rp50 miliar. ”Awal Maret kondisi masih oke, tapi masuk pertengahan mulai ada penurunan okupansi sampai 7 persen. Tapi sekarang ketika 30 hotel tutup, kerugiannya mencapai Rp50 miliar,” katanya. Hingga saat ini, menurut Yuno, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor masih belum membuka pembicaraan untuk menyelamatkan sektor pariwisata di Bogor. Akan tetapi, ia sudah meminta penangguhan tagihan pajak ke Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Bogor. ”Kami sudah bersurat untuk meminta penundaan pembayaran pajak PB1 3 bulan ke depan,” ujarnya. Terpisah, Ketua DPRD Kota Bogor, Atang Trisnanto, menuturkan, anggaran penanganan Covid-19 masih dalam pembahasan. Ada berbagai penambahan anggaran untuk pos-pos yang sangat terkait dengan penanganan Covid. ”Terakhir dialokasikan Rp14 miliar dari dana BTT untuk penanganan dari sisi medis,” katanya. Sedangkan penanganan Covid-19 untuk sektor ekonomi, politisi PKS ini mengaku sudah meminta TAPD Kota Bogor dan Bapenda melakukan pendataan dan kajian berapa besaran anggaran yang harus disiapkan. ”Intinya, seluruh kebutuhan untuk menangani permasalahan Covid-19 perlu kita optimalkan, baik dari sisi medis yang menjadi konsen utama maupun dampak sosial ekonomi lainnya,” sambungnya. Dari data di Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Bogor, saat ini terdapat 1.480 objek wajib pajak dari sektor pariwisata.(dil/c/yok/py)