Berdiri sejak 2012, produksi dodol bernama ’Dodol Indiraf’ milik Agus Sulaeman di Kampung Muara, RT 01/11, Kecamatan Bojonggede, masih bertahan di tengah zaman Terlebih jelang Lebaran, produsen usaha rumahan itu memproduksi dodol lebih dari biasanya lantaran permintaan meningkat. Bahkan, kenaikannya bisa mencapai lima kali lipat dibanding hari biasa. DODOL memang menjadi penganan yang masih diburu masyarakat jelang Lebaran. ”Pada hari biasa, setidaknya kita bisa memproduksi sekitar 50 kilogram dodol dalam waktu sehari. Jelang Lebaran ini, produksinya makin meningkat jadi 250 kilogram per hari,” kata Agus kepada Metropolitan, kemarin. Melihat jumlah itu, apabila dipersentasekan, produksi penjualan meningkat lima kali lipat. Agus mengakui peningkatan ini sudah ada sejak awal Ramadan, terlebih menjelang lebaran. ”Ya kenaikannya sampai 5 kali lipat lah,” katanya. Selain daya beli masyarakat yang tinggi jelang Lebaran, kenaikan juga dipicu banyaknya pemesan reseller alias penjual kembali yang tersebar se-Jabodetabek untuk memenuhi kebutuhan konsumsi makanan ringan saat Lebaran. Memang kenaikan produksi dan permintaan dibarengi kenaikan harga penjualan, meskipun tidak signifikan. ”Biasanya dodol kita jual di kisaran harga Rp40.000 hingga Rp70.000 per kilogramnya. Nah sekarang ya ada kenaikan Rp2.000. Jadi Rp42.000 hingga Rp72.000 per kilogramnya,” imbuhnya. Usaha yang digelutinya sejak 2012 itu juga menjual dodol dalam kemasan alias tak hanya dijual kiloan. Dalam bentuk kemasan, ia membanderol penganan khas rasa manis itu di kisaran Rp25.000 hingga Rp35.000 per kilogram. Berkaca pada Lebaran tahun sebelumnya, ia memprediksi penjualan akan terus meningkat hingga hari H Idul Fitri. ”Akan terus meningkat sampai Lebaran. Tahun lalu sepertinya sama, penjualan dan produksi ini bisa meningkat lebih tinggi lagi. Biasanya H-5 Lebaran lah puncaknya,” pungkasnya. (ryn/c/rez/py)