Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor memang telah menyelesaikan distribusi Bantuan Sosial (Bansos) tahap pertama masyarakat terdampak Covid-19. Namun sepertinya tidak dengan bansos tahap kedua. Pemkot saat ini tengah disibukkan dengan perubahan data serta verifikasi data dari Dinas Sosial (Dinsos) untuk penjaringan antara penerima yang terdata dalam DTKS dan non-DTKS. ”YA minggu ini kira-kira akan turun. Keterlambatan ini karena kita sedang rapikan data yang tidak tepat, ada sekian ribu lagi data yang baru masuk,” ujar Wali Kota Bogor, Bima Arya, Minggu (5/7). Untuk memaksimalkan dan mempercepat pendataan, Bima meminta pihak Kementerian Sosial sebagai sumber pemilik data penerima bantuan DTKS agar membuka semua datanya. Keinginan itu bukan tanpa alasan. Sebab, pada penyaluran bantuan gelombang pertama, dari 19 ribu Kepala Keluarga (KK) yang terdata mendapatkan bantuan, hanya 17 ribu KK yang berhak menerima bantuan. Melesetnya penyaluran terhadap 2 ribu KK itu dikarenakan masyarakat sebelumnya sudah mendapatkan bantuan dari sumber lain. ”Kita kan memberikan masukan. Saya belum dapat laporan, apakah sudah dibuka (data Kemensos), rasanya belum juga. Tapi kita sudah siap dengan data masukan baru karena sejak awal tahun belum dibuka lagi (data Kemensos),” katanya. Kisruhnya penyaluran bansos di Kota Bogor, rupanya menjadi perhatian Panitia Khusus (Pansus) Covid-19 DPRD Kota Bogor. Anggota Pansus, Mohammad Said Mohan, mengakui masih menemukan banyak data penerima bantuan yang meleset. Di mana dalam satu KK bisa mendapatkan lebih dari satu bantuan. Ia mencontohkan ada salah satu keluarga yang mendapatkan bantuan ganda dari PKH dan bantuan gubernur. ”Jadi, menurut orang Dinsos, ini dikarenakan data dari pusat tidak dibuka secara utuh. Hanya penerima bantuan saja yang dibuka, sedangkan yang lainnya tidak. Jadi saat Dinsos melakukan pendataan untuk bantuan lainnya, mereka tidak tahu apakah masyarakat tersebut sudah mendapatkan bantuan atau belum,” ujar Mohan. Pansus Covid-19 DPRD Kota Bogor berencana melayangkan surat ke Kemensos dan akan melakukan kunjungan ke sana agar data penerima bantuan dapat disinkronkan dengan data di Dinsos Kota Bogor. ”Nanti saat kami ke sana, kami akan didampingi komisi terkait dari DPR-RI. Sebab, kalau didiamkan bisa menjadi masalah besar hal-hal seperti ini,” ungkap politisi Gerindra ini. Terpisah, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kota Bogor, Dedie A Rachim, mengungkapkan, bantuan gelombang ke II yang bersumber dari APBD Kota Bogor ini akan secepatnya disalurkan. ”Insya Allah dalam satu minggu ini sudah terdistribusi,” ungkapnya. Terlambatnya penyaluran ini, sambung Dedie, dikarenakan pada Juni lalu terjadi penyempurnaan data. Di mana jika pada gelombang pertama, penerima bantuan hanya 19 ribu KK, maka pada gelombang ke-II ini jumlahnya dimaksimalkannya sesuai kuota yang ada, yaitu 23 ribu KK. Selain itu, Dedie juga mengungkapkan pada Juni silam, pihaknya masih menunggu retur dana bantuan dari PT Pos Indonesia sebesar Rp1 miliar yang merupakan bantuan tidak terserap karena tidak tepat sasaran. ”Untuk tahap ke II ini kami masih akan tetap menggandeng PT Pos Indonesia sebagai mitra penyalur bantuan,” pungkasnya.(dil/c/mam/py)