METROPOLITAN - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor mengalokasikan anggaran tak kurang dari Rp477 miliar untuk penanganan Covid-19 di Bumi Tegar Beriman. Hal itu pun memancing reaksi banyak pihak yang menuntut Pemkab Bogor transparan terkait penggunaan anggaran ratusan miliar itu. Alhasil, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam PC Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Bogor melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor, Senin (20/7). Mereka menuntut pemerintah membuka dengan rinci alokasi anggaran penanganan Covid-19 dengan dinkes sebagai leading sector. Sambil membentangkan beberapa spanduk, salah satunya bertuliskan ’Kadinkes Jangan Diem-Diem Bae, Mana Transparansimu’, para mahasiswa memulai aksi sejak pukul 14:00 WIB. Setengah jam beraksi, para mahasiswa sempat membakar ban bekas bahkan beberapa kali memanjat merangsek masuk ke kantor. Namun sekitar satu jam berorasi, tak satu pun perwakilan dari Dinkes Kabupaten Bogor keluar menemui mahasiswa. ”Kami minta klarifikasi kaitan anggaran untuk penanganan bencana Covid yang totalnya sampai Rp477 miliar, di mana Rp196 miliar-nya untuk bidang kesehatan, tapi sampai sekarang belum juga dibuka kepala Dinkes, kenapa? Jangan-jangan ada yang disembunyikan,” terang Ketua PC PMII Kabupaten Bogor, Imam Sodiqul Wa’di, di sela aksi, Senin (20/7). Berdasarkan data yang diterima, sambung Imam, total anggaran penanganan bencana Covid-19 itu mencapai Rp377 miliar yang dibagi pada bidang kesehatan dan nonkesehatan. Untuk bidang kesehatan, anggaran yang dialokasikan yakni Rp196 miliar meliputi insentif tenaga kesehatan Rp38,7 miliar, RSUD Cibinong Rp45,3 miliar, RSUD Ciawi Rp29,9 miliar, RSUD Leuwiliang Rp31,8 miliar, RSUD Cileungsi Rp24,7 miliar dan Rumah Sakit Darurat di Wisma Diklat Kementerian Dalam Negeri di Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor sebesar Rp17,5 miliar. Sementara untuk nonkesehatan, Imam menyebutkan, anggaran yang dialokasikan sebesar Rp181,2 miliar itu meliputi penambahan Belanja Tidak Terduga (BTT) sebesar Rp20 miliar dan Rp152 miliar untuk proyeksi kebutuhan pemberian sembako kepada sekitar 291.487 Kepala Keluarga (KK) di Kabupaten Bogor yang dikelola Dinas Sosial (Dinsos). Lalu untuk Tim Gugus Tugas Covid-19 sebesar Rp5 miliar serta Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) kebutuhan sosialisasi dan penyuluhan sebesar Rp1 miliar. Tak hanya itu, pihaknya juga meminta pemerintah melalui dinkes membuka secara rinci kaitan anggaran yang diokasikan tersebut agar masyarakat mengetahui. Ketika ditanya soal dugaan aliran dana tersebut, pihaknya sama sekali belum mengetahui detail penggunaan anggaran tersebut larinya ke mana. ”Kita hanya tahu bahwa ada alokasi untuk itu saja. Tapi nggak tahu arah penggunaannya ke mana. Itu pun hanya dari media,” tambahnya. Jika belum mendapat klarifikasi, sambung dia, para mahasiswa mengancam akan terus menggeruduk kantor dinas bahkan hingga Kejaksaan Negeri (Kejari) dan kantor bupati Bogor. ”Kalau begini kita minta kejaksaan segera memeriksa mereka yang menggunakan anggaran itu,” paparnya. Selain itu, mahasiswa juga mendesak DPRD Kabupaten Bogor tidak tinggal diam terhadap masalah ini dengan segera membentuk panitia khusus (pansus) agar transparansi anggaran penanganan Covid-19 bisa direalisasikan. ”Apalagi di beberapa kesempatan ketua DPRD bilang belum ada transparansi anggaran untuk penanganan Covid-19. Kita mendorong wakil rakyat segera membentuk pansus anggaran Covid-19 supaya terang benderang dan masyarakat tahu,” tegas Imam. Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor, Mike Kaltarina, mengungkapkan, isu tidak transparannya pemkab melalui dinkes soal penggunaan anggaran Covid-19 bermula saat pihaknya tidak hadir saat agenda pertemuan dan presentasi dengan Komisi IV DPRD Kabupaten Bogor bersama RSUD-RSUD di Kabupaten Bogor yang juga pengguna anggaran. Ia mengakui ketidakhadiran Dinkes saat itu lantaran semua pegawai baru selesai dilakukan tes swab, setelah ada kasus positif di kantor itu. Sehingga tidak bisa hadir audiensi dengan DPRD. ”Kan pegawai kantor dirumahkan juga, setelah pada dites. Khawatir ada penularan kalau hadir. Makanya di-reschedule, baru pertengahan bulan ini lah kita presentasikan semua. Intinya kita sudah terbuka semua. Kalau diminta (presentasi) kembali, ya kami siap jelaskan,” tuturnya. Ia menegaskan, anggaran untuk Covid-19 hampir seluruhnya langsung digunakan RSUD-RSUD dan pusat isolasi Kemang. Namun, Mike memaklumi aspirasi dari mahasiswa yang ingin agar Pemkab Bogor terbuka soal penggunaan anggaran Covid-19. ”Jadi itu langsung digunakan RSUD dan RS khusus covid kita. Kami maklum agar kami terbuka soal anggaran. Intinya, kami siap kalau harus menjelaskan kembali,” terangnya. Menanggapi desakan mahasiswa soal transparansi anggaran Covid-19, termasuk desakan kepada DPRD Kabupaten Bogor untuk membuat panitia khusus (pansus) anggaran Covid-19, Ketua DPRD Kabupaten Bogor Rudy Susmanto secara diplomatis mendukung langkah-langkah dari para mahasiswa yang mendorong keterbukaan anggaran Covid-19 kepada publik, termasuk soal pansus. (ryn/c/yok/py)