Bagi pecinta anggur kini tak usah jauh-jauh untuk menikmati anggur brazil atau Jaboticaba. Ya, anggur dari keluarga Myrtales ini telah hadir di Bogor. Pohon anggur brazil, secara fisik jauh berbeda dengan pohon anggur umumnya. Yang membuat menarik, buahnya tumbuh menempel pada batang serta cabang. Itulah sebabnya anggur jenis ini disebut ceri brazil. RANA Wijaya, pemilik kebun pengembangan pertanian masa depan, mengatakan, pohon anggur brazil yang ditanam di kebunnya merupakan varietas sabara dan sudah berumur 10 tahun. Sabara atau jabuticaba var awalnya ditanam di dataran tinggi, sehingga memiliki cabang lebar tidak lurus ke atas. Anggur brazil sudah masuk ke Indonesia lebih dari satu abad lalu. Indukan anggur tersebut pertama kali dibawa Belanda untuk ditanam di Kebun Raya Cibodas. Dalam perkembangannya, di era 80-an, pohon anggur brazil banyak dibudidayakan sebagai tanaman bonsai karena batang dan daunnya dinilai bagus. ”Waktu harga bonsai jatuh, ada orang tertarik mengebunkan anggur ini karena buahnya produktif dan rasanya enak. Ada juga tren di Taiwan bahwa buah ini memiliki tujuh rasa,” kata Rana. Dari tren saat itu, ketujuh rasa yang dimiliki buah anggur brazil, di antaranya memiliki rasa leci, jambu biji, markisa dan beberapa lainnya. Variasi rasa itu juga bisa dibilang berbeda-beda, tergantung hari kematangan buah. ”Jadi ada rasanya seperti leci, nanti hari apa rasanya seperti jambu biji. Jadi, kata mereka memang ada variasi rasa berbagai buah, makanya disebut buah tujuh rasa. Walaupun mungkin tidak terlalu dominan, ada memang berbagai rasa jenis buah di buah ini,” kata Rana. Agar buah tumbuh optimal, sambung Rana, pembersihan cabang-cabang di batang menjadi hal rutin. Karena di sepanjang batang itulah nantinya muncul buah yang ditandai keluarnya bintik-bintik, kemudian menjadi bunga. ”Jadi harus dibersihkan cabang-cabang di batang. Jangan ada cabang-cabang di dalamnya karena dari situlah keluarnya buah,” ujarnya. Meski anggur brazil saat ini sudah tak sepopuler saat 2010 dan 2011, anggur jenis ini tetap memiliki nilai komersil tinggi dan tidak sampai terjun bebas, karena masih dicari kalangan pehobinya. ”Pohon ini tetap masih dicari orang karena suka. Untuk seperti varietas sabara ini saja, itu dibutuhkan waktu selama lima sampai enam tahun baru mulai berbuah,” sebutnya. Untuk potensi usaha, kata Rana, anggur brazil masih cukup menjanjikan mendatangkan pendapatan. Namun ada baiknya usaha dilakukan dengan konsep agrowisata. ”Jadi untuk usaha bagusnya kalau agrowisata, pengunjung bisa petik sendiri. Kalau buah dijual di toko kurang pas. Artinya tidak tahan lama,” tandasnya.(dil/b/mam/py)