Senin, 22 Desember 2025

Menjaga Makam Raden Saleh Secara Turun-temurun

- Kamis, 17 Desember 2020 | 11:03 WIB

Bagi sebagian orang, ketika mendengar kata petilasan, pasti terpikir kuburan atau makam yangmencekam dan membuat bulu kuduk berdiri. Namun semua itu tak pernah terlintas dalam benak Sandra (44), juru pelihara makam Raden Saleh di Jalan Pahlawan, Kecamatan Bogor Selatan. SEORANG ibu dua anak ini merupa­kan generasi ketiga dari keluarga pen­jaga makam Raden Saleh. Sandra menjadi juru pelihara baru dua tahun belakangan ini. Menggantikan paman­nya Isun Sunarya yang sudah menjaga makam Raden Saleh sejak 1992 hingga 2018. Sandra menceritakan, makam Raden Saleh pertama kali ditemukan kakeknya bernama Adung pada 1923. Saat itu, kakeknya yang bekerja sebagai jaksa di Kota Bogor memang memiliki hobi berkebun. Ketika tengah member­sihkan kebun di depan rumahnya, sang kakek kaget ketika menemukan dua gundukan tanah dengan nisan di setiap ujungnya yang bertuliskan Raden Saleh. ”Sejak menemukan makam itu, kak­ek langsung mendapatkan mimpi, minta dijagain. Ya sudah dijagain lah sama dia, sampe dia sakit dan meninggal pada 1992 dan dilanjutkan paman saya,” ujar Sandra.­ Sandra sendiri tidak pernah terpikirkan akan menjadi juru pelihara, meneruskan jejak kakeknya. Meski awalnya sem­pat menolak. Tetapi, hati nu­rani Sandra berkata lain. Tepat dua tahun lalu, ia mengajukan diri untuk men­jadi juru pelihara makam Raden Saleh kepada pamannya. ”Sem­pat tunjuk-tunjukkan di kelu­arga. Akhirnya saya mengaju­kan diri saja untuk menjadi juru pelihara,” jelasnya. Meski tinggal berseberangan dengan makam yang tiap hari didatangi peziarah. Sandra, mengaku tidak pernah men­galami hal-hal mistis atau ghaib. Sebab, ia sudah bertekad ke­pada dirinya sendiri dan me­minta kepada siapapun yang ada di makam agar tidak meng­ganggu dirinya dan keluarganya. ”Pas awal-awal saya ngomong sendiri. Jangan ganggu saya dan keluarga. Ya Alhamdulillah sampai sekarang gak ada ke­jadian yang aneh-aneh,” ung­kapnya. Tak hanya itu, Sandra sen­diri juga mengaku memang sudah memiliki keterikatan dengan makam Raden Saleh. Sebab, diarea makam yang sempat dipugar oleh Soekarno pada 1953 ini, merupakan arena bermain baginya dan teman-temannya semasa kecil dulu.Kini, sebagai juru peli­hara, Sandra mengaku bahagia dan tidak pernah merasa ke­kurangan. Untuk melakukan pemeliharaan makam, ia sel­alu mendapatkan bantuan, baik dari warga, karang taruna dan pihak kelurahan. ”Meski cuma dibayar Rp600 ribu per bulan oleh pemerintah, Alhamdulil­lah saya senang. Karena wa­siat kakek juga, untuk menjadi juru pelihara harus ikhlas dan ridho,” ujarnya. Kini, Sandra tengah menan­ti wacana dilakukannya revi­talisasi makam Raden Saleh. Menurutnya, makam Raden Saleh memang sudah perlu adanya sentuhan baru. Sebab, terakhir kali makam Raden Saleh direvitalisasi yaitu pada tahun 2008, dimana pada tahun tersebut dibuatkan sebuah bale yang berisikan sejarah yang menceritakan Raden Saleh. ”Terakhir dipugar 2008, itu dibuatkan bangunan seperti bale yang menunjukkan repro dari Raden Saleh,” ungkap San­dra.Sedangkan untuk perawa­tan rutin, ia mengaku menda­patkan bantuan dari para dermawan dan pihak kelurahan. Seperti yang ia lakukan pada Agustus silam, dimana ia mela­kukan pengecatan pada mo­numen makam Raden Saleh yang dibuat pada zaman Pre­siden Sukarno, tepatnya pada 1953. ”Terakhir sih Agustus cuma ngecat ulang aja, itu di­bantu sama karang taruna sini, sama pak lurah dan Alhamdu­lillah lah masih bisa menjaga,” ujarnya. Ia pun berharap dengan ada­nya wacana revitalisasi ini, keberadaan makam Raden Saleh bisa menunjukkan ek­sistensinya sebagai cagar budaya dan situs bersejarah.(dil/b/mam/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X