Jumlah pengangguran dan penduduk miskin di Kabupaten Bogor mencapai ratusan ribu orang. Jumlah ini diprediksi meningkat di akhir 2020 akibat pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai. Data yang disampaikan Bupati Bogor Ade Yasin, jumlah penduduk Kabupaten Bogor saat ini mencapai 6.088.233 jiwa. Sementara laju pertumbuhannya sebesar 2,06 persen dengan kepadatan penduduk 2.663,82 jiwa/KM2. DARI jumlah itu, jumlah angkatan kerja mencapai 2.733.670 orang dengan tingkat partisipasi angkatan kerja mencapai 62,65 persen. “Jumlah pengangguran 390.731 orang dengan tingkat pengangguran mencapai 14,29 persen,” kata Bupati Bogor, Ade Yasin, saat ditemui di acara Coffee Morning untuk Pemberian Bansos Tunai Kepada Pelaku UMKM, Korban PHK serta Hibah Pariwisata di kantor Bappedalitbang Kabupaten Bogor, Senin (21/12). Sementara penduduk miskin saat ini jumlahnya mencapai 465.670 orang, dengan persentase miskin 7,88 persen dan garis kemiskinan Rp402.877. Untuk UMKM terdampak Covid-19, berdasarkan usulan permohonan Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM) ke Kementerian Koperasi, jumlahnya mencapai 329.379 UMKM. “Terjadinya pandemi Covid-19 menyebabkan menurunnya kinerja perekonomian daerah pada 2020, seperti meningkatnya pengangguran akibat PHK, meningkatnya kemiskinan, PDRB menurun, LPE menurun, pendapatan daerah menurun hingga terpuruknya UMKM,” ungkapnya. Tak hanya itu, persentase penduduk miskin di akhir 2020 diperkirakan meningkat sebesar 2,48 persen. Tingkat pengangguran terbuka juga diprediksi meningkat sebesar 3,77 persen. “Pada kondisi ini, pemerintah daerah tentu harus hadir dalam upaya meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas dan kelangsungan hidup masyarakat,” terangnya. Sebelumnya, Kepala Seksi (Kasi) Statistik Sosial pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor, Ujang Jaelani, menilai, pandemi Covid-19 di Kabupaten Bogor diprediksi berimbas pada meningkatnya angka kemiskinan di Bumi Tegar Beriman. Menurutnya, kenaikan angka kemiskinan di Kabupaten Bogor terjadi lantaran banyaknya karyawan yang diistirahatkan hingga Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) selama Covid-19 melanda. Bahkan tak sedikit perusahaan yang tutup sementara hingga gulung tikar lantaran Covid-19. ”Fenomena ini tentu memengaruhi ekonomi masyarakat yang berujung pada meningkatnya angka kemiskinan di Kabupaten Bogor,” katanya. Berdasarkan data pada BPS Kabupaten Bogor sejak 2015, angka kemiskinan di Kabupaten Bogor cenderung mengalami penurunan. Mulai dari 8,96 persen dari jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada 2015 hingga 6,66 persen pada 2019. ”Pada 2015 angka kemiskinan kita mencapai 8,96 persen dari jumlah penduduk Kabupaten Bogor. Pada 2016 turun menjadi 8,83. Pada 2017 kembali turun menjadi 8,57. Pada 2018 turun lagi menjadi 7,14. Terakhir pada 2019 turun menjadi 6,66 persen,” katanya. Ujang meyakini jika pandemi Covid-19 yang melanda Kabupaten Bogor akan membuat tren penurunan angka kemiskinan lima tahun berturut-turut terhenti. ”Lima tahun beruntun angka kemiskinan kita selalu turun. Tapi tahun ini sepertinya angka kemiskinan kita bakal naik lagi,” paparnya. Meski angka kemiskinan masyarakat Kabupaten Bogor diprediksi mengalami kenaikan tahun ini lantaran Covid-19, pihaknya belum bisa memprediksi berapa persen kenaikan bakal terjadi. ”Kita belum berani sebut angka pastinya. Kita juga belum melakukan survei, karena biasanya survei kita lakukan satu tahun sekali. Tapi yang jelas angka kemiskinan pasti akan meningkat. Apalagi karena kondisi Covid-19,” tandasnya. (fin/mam/py)