Proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di masa pandemi Covid-19 kembali dikeluhkan masyarakat. Bahkan, PJJ menjadi salah satu isu yang paling banyak dikeluhkan masyarakat saat jajaran DPRD Kabupaten Bogor melakukan Reses Masa Sidang II. WAKIL Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Agus Salim, mengatakan, sepanjang Reses Masa Sidang II, banyak sekali masyarakat yang meminta agar PJJ ditiadakan atau diganti pola pembelajaran baru yang lebih efektif di masa pandemi Covid-19. ”Ya, kami akui aduan masyarakat untuk meniadakan PJJ cukup banyak. Masyarakat menilai metode PJJ belum efektif, sehingga masyarakat ingin ada metode pembelajaran yang lebih baik lagi, seperti tatap muka,” katanya, Senin (15/2). Meski begitu, pihaknya tidak serta-merta mengamini keinginan masyarakat tersebut. Mengingat pertumbuhan kasus Covid-19 di Kabupaten Bogor masih cukup tinggi. Pihaknya juga mencoba memberikan pemahaman agar masyarakat tetap bersabar dengan kondisi ini. ”Kami coba berikan pemahaman agar masyarakat bersabar dan mengerti akan kondisi ini. Tapi tetap aspirasi dari masyarakat kami tampung dan akan kami tindak lanjuti ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor,” katanya. Politisi PKS ini juga akan melanjutkan masukan ini ke Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bogor. Ia bakal meminta dinas terkait melakukan kajian terhadap efektivitas PJJ yang sudah diterapkan selama masa pandemi. ”Masukan ini kami teruskan ke Dinas Pendidikan. Minimal Dinas Pendidikan merespons keluhan masyarakat dan mencari solusi terbaik agar kondisi pandemi Covid-19 tidak memengaruhi kualitas dan mutu pendidikan anak,” tegasnya. Selain itu, Agus Salim juga meminta Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor melakukan akselerasi dan inovasi dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat. Terlebih, banyaknya keluhan dari masyarakat soal PJJ. ”Kami mendorong Dinas Pendidikan pada 2021 ini harus ada digitalisasi untuk pembelajaran. Sebab, tahun ini Covid-19 belum bisa dipastikan kapan bakal berakhir. Jadi, kami akan minta agar keluhan dari masyarakat ini menjadi atensi bagi dinas,” paparnya. 171 Sekolah Kabupaten Bogor Siap Gelar Pembelajaran Tatap Muka Sementara itu, Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, Atis Tardiana, angkat suara soal banyaknya keluhan dari masyarakat soal PJJ yang diberlakukan pemerintah di masa pandemi Covid-19. Atis tak menampik jika selama PJJ diberlakukan, pihaknya menerima banyak keluhan dari masyarakat. Masyarakat banyak yang menilai jika PJJ kurang efektif lantaran selama proses pembelajaran terkendala ponsel, kuota dan sinyal. ”Ya kami tahu itu. Memang banyak masyarakat yang mengeluh soal ini. Mulai dari keterbatasan ponsel, sinyal dan kuota. Tapi mau bagaimana lagi, saat ini kan sedang pandemi,” katanya. begitu, pihaknya mengaku akan terus melakukan evaluasi dan inovasi untuk memaksimalkan PJJ di masa pandemi. ”Terus kami evaluasi. Mana yang belum baik, mana yang mesti diperbaiki. Semua kami evaluasi,” ujarnya. Dinas Pendidikan pun bertanggung jawab atas terselenggaranya mutu dan kualitas pendidikan yang baik bagi masyarakat. Akan tetapi, sambung Atis, untuk menentukan kebijakan pemberlakuan pembelajaran tatap muka bukan ranah dan wewenangnya. ”Pembelajaran tatap muka itu kebijakannya ada di pemerintah pusat dan Pemkab Bogor, dalam hal ini Satgas Covid-19. Kami tidak bisa memberlakukan pembelajaran tatap muka tanpa ada persetujuan dan lampu hijau dari Satgas Covid-19,” katanya. Tak hanya itu, Atis juga sudah mempersiapkan sejumlah skenario jika ke depan pembelajaran tatap muka diperbolehkan. Bahkan, Dinas Pendidikan sudah melakukan verifikasi terhadap 232 sekolah yang mengajukan permohonan pembelajaran tatap muka. ”Dari 232 sekolah yang mengajukan pembelajaran tatap muka, hanya 171 sekolah atau 72 persennya yang dinilai siap melakukan pembelajaran tatap muka. Tapi tetap, kami masih menunggu keputusan Satgas Covid-19 Kabupaten Bogor,” tuturnya. Jika Satgas Covid-19 Kabupaten Bogor sudah memberikan lampu hijau soal pembelajaran tatap muka, tambah Atis, otomatis 171 sekolah tersebut bakal menjadi model dan percontohan. ”Sebanyak 171 sekolah itu terdiri dari 29 SD, 28 SMP, 32 SMA dan 32 SMK. Lalu, untuk MI ada 24 sekolah, MTs 18 dan MA 8 sekolah. Nantinya sekolah ini akan menjadi role model pembelajaran tatap muka di masa pandemi, itu pun kalau sudah ada keputusan boleh menggelar pembelajaran tatap muka dari Satgas Covid-19 Kabupaten Bogor. Kalau belum ada, kami gunakan PJJ dulu,” bebernya. (ogi/c/mam/py)