METROPOLITAN – Terbengkalainya pembangunan Jalan Bojonggede-Kemang (Bomang) disebut anggota Komisi III DPRD Kabupaten Bogor Nurodin sebagai megaproyek yang mubazir. ”Megaproyek mubazir itu kan. Kita sudah beberapa kali lihat ke sana. Bomang ini memang ngeri kalau dibiarkan seperti itu, apalagi balap-balap ini bisa menimbulkan bahaya,” kata Nurodin kepada Metropolitan, Selasa (16/3). Terkendalanya pembangunan karena adanya pandemi Covid-19 dan refocusing anggaran, menurut Nurodin, seharusnya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor tetap memprioritaskan proyek-proyek strategis seperti pembangunan Jalan Bomang. Meski begitu, ia sendiri belum mengetahui secara rinci apakah anggaran pembangunan Jalan Bomang kembali dianggarkan tahun ini. ”Tahun lalu kan sudah dialokasikan. Nah, tahun ini dalam Rancangan APBD itu masuk, kalau yang saya lihat saat KUA-PPAS. Tapi dalam APBD 2021 ini belum tahu dianggarkan lagi apa nggak. Sebab, kita kesulitan melihat program dalam APBD 2021,” paparnya. Berdasarkan data yang diterima Metropolitan, anggaran belanja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Bogor dalam APBD 2021 sebesar Rp870 miliar. Lalu untuk program penyelenggaraan jalan kabupaten/kota, Dinas PUPR Kabupaten Bogor mengalokasikan anggaran belanja sebesar Rp587 miliar. Namun tidak ada rincian untuk pembangunan Jalan Bomang. Sebelumnya, pembangunan Jalan Bojonggede- Kemang (Bomang) yang sampai saat ini belum rampung dijadikan beberapa oknum masyarakat sebagai arena balapan liar. Dari video yang beredar di media sosial terlihat ruas Jalan Bomang di Kecamatan Tajurhalang disulap menjadi arena adu balap drag motor. Bahkan, salah satu ruas jalan ditutup total oleh oknum masyarakat agar proses jalannya balapan berjalan lancar tanpa ada hambatan. Camat Tajurhalang, Fikri Ihsani, membenarkan adanya kejadian balap liar di Jalan Bomang tersebut pada Minggu (14/3) sore. Namun setelah mendapatkan info adanya balap liar, Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) langsung mendatangi lokasi dan membubarkan balap liar. ”Iya benar itu ada kejadian kemarin dan setelah itu langsung kami bubarkan,” kata Fikri kepada Metropolitan, Senin (15/3). Fikri pun membeberkan bahwa aksi balap liar yang digelar di sepanjang Jalan Bomang itu sudah ada sejak Desember 2020. Mengantisipasi adanya balap liar di Jalan Bomang, Fikri mengaku sudah mengajukan pembangunan garis kejut (speed trap) di titik ruas jalan yang biasa dijadikan arena balap liar berupa drag. Sebab, Jalan Bomang yang memiliki bentuk rata dan memanjang ini paling disukai para pebalap liar untuk dijadikan arena balap drag. ”Kita sudah mengajukan ke PUPR untuk membangun garis kejut. Jadi per 100 meter itu kita minta dibangun garis kejut (polisi tidur). Itu salah satu bentuk antisipasi kita, karena Jalan Bomang itu kan trek lurus dan paling disukai pebalap liar, apalagi jalannya bagus,” jelasnya. Selain mengajukan pembangunan garis kejut, Fikri pun mengajak masyarakat yang tinggal di sekitaran Jalan Bomang berpartisipasi dalam menghalau adanya kegiatan balap liar. ”Masyarakat juga keberatan karena merasa terganggu, mengganggu lalu lintas karena menutup jalan, laku knalpotnya bising karena knalpot brong. Jadi, masyarakat kita ajak bersama-sama untuk mencegah adanya trek-trekan itu,” ungkapnya. Terpisah, Kapolsek Bojonggede, Kompol Priyadi, mengungkapkan, pihaknya selalu melakukan patroli di Jalan Bomang untuk mencegah adanya balap liar ini. ”Antisipasi kita tiap sore di Bomang itu berupa pengamanan dan pemantauan dari kegiatan patroli,” ujarnya. Priyadi pun membenarkan kalau Jalan Bomang memang berpotensi menjadi jalan favorit bagi pebalap liar, karena treknya yang lurus dan jalannya masih mulus. Namun terkait video balap liar yang viral di media sosial, Priyadi menilai itu bisa saja video lama yang diunggah kembali. ”Bisa jadi itu kejadian lama diunggah lagi,” pungkasnya. (dil/c/mam/py)