Pertengahan Ramadan ini, kasus Covid-19 di Kota Bogor rupanya mengalami lonjakan sekitar 18,5 persen. Lonjakan tersebut diduga karena banyak masyarakat yang mulai abai dengan prokes yang telah ditetapkan. Selain itu, Kota Bogor juga tengah bersiap menyambut digelarnya Pembelajaran Tatap Muka (PTM). KEPALA Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, dr Sri Nowo Retno, menuturkan, ada lonjakan kasus Covid kurang lebih 18,5 persen. Peningkatan kasus paling banyak terjadi di rentang usia 6 sampai 19 tahun. “Data remaja dibanding minggu lalu naik jadi 18,5 persen, jadi ada 56 kasus yang terpapar di remaja,” kata Retno kepada Metropolitan, Rabu (28/4). Dengan adanya fenomena ini, saat ini tengah dilakukan asesmen protokol kesehatan (prokes) di sekolah. Hal itu tengah disiapkan serta melakukan monitoring dan evaluasi jelang digelarnya PTM pada Juli. “Jadi, saat ini kami sedang asesmen sekolah sesuai instruksi Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri,” jelasnya. Terpisah, Ketua Dewan Pendidikan (Wandik) Kota Bogor, Deddy Djumiawan Karyadi, mengaku khawatir atas adanya fenomena ini. Sehingga ia meminta seluruh sekolah menyiapkan protokol kesehatan secara lengkap. Untuk menggelar PTM di sekolah, tambah dia, ada empat faktor yang mesti dipenuhi setiap sekolah. Pertama, setiap sekolah yang hendak mengajukan izin PTM harus masuk kategori siap, baik dari segi sarana dan prasarana protokol kesehatan hingga persyaratan lainnya. Kedua, sarana dan prasarana protokol kesehatan harus benar-benar dipastikan dan bisa digunakan. “Ketiga izin dari orang tua dan komite, keempat izin dari pemerintah daerah. Jadi, ini harus dipenuhi demi memutus potensi penyebaran Covid-19,” katanya. Selain empat faktor tersebut, pihak sekolah juga mesti benar-benar memastikan jika peserta didik yang menjalani PTM di sekolah langsung kembali ke rumah. “Anak-anak diharuskan pulang ke rumah setelah dari sekolah demi menjaga penularan. Karena kami tidak mau ada istilah klaster sekolah,” sambungnya. Selain itu, Deddy juga meminta sekolah-sekolah yang menggelar PTM memprioritaskan mata pelajaran yang penting bagi peserta didik. Sementara mata pelajaran yang tidak terlalu penting bisa dilakukan secara daring. “Kalau SMK fokus ke praktiknya. Kalau jurusan IPA fokus pelajaran IPA. Begitupun dengan IPS. Jadi, materi yang diberikan di sekolah dengan PTM diusahakan materi yang penting-penting saja,” pungkasnya. (dil/b/ mam/py)