METROPOLITAN - Stok obat dan peralatan pendukung di rumah sakit yang menangani pasien Covid-19 di Kabupaten Bogor mulai menipis. Bupati Bogor, Ade Yasin, berharap Kementerian Kesehatan (Kemenkes) segera mencairkan klaim yang diajukan rumah sakit yang menangani pasien Covid-19. Jika proses klaim pembayaran terlalu lama, tambah Ade Yasin, manajemen rumah sakit kesulitan membeli alat maupun obat-obatan serta operasional rumah sakit yang semakin sibuk belakangan ini hingga stok obat dan peralatan pendukung makin menipis. Ade Yasin juga mengaku telah bersurat ke Menteri Kesehatan untuk bertemu dan melaporkan kondisi yang dialami fasilitas kesehatan masyarakat, terutama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang menjadi rujukan pasien Covid-19. “Saya ingin sampaikan bahwa Kabupaten Bogor dengan penduduk 5,5 juta jiwa tidak sama dengan daerah lain dalam penanganan pandemi. Butuh perhatian lebih, dari sisi SDM, anggaran dan ranah kebijakan,” kata Ade Yasin, Rabu (30/6). Selain itu, ia juga mengaku mendapatkan informasi bahwa yang bisa diklaim hanya 50 persen dari yang diajukan. Sebab, biaya penanganan Covid-19 yang bisa diklaim rumah sakit adalah pasien yang telah menjalani perawatan 14 hari. “Tapi kan kita juga dalam upaya percepatan. Pasien positif yang sudah dirawat tapi sebelum 14 hari sudah membaik kita sarankan isolasi mandiri. Agar pasien lain yang memiliki gejala sedang berat bisa masuk ke rumah sakit. Tapi yang belum 14 hari itu ternyata tidak bisa diklaim,” ungkapnya. Ade Yasin khawatir pembayaran macet itu mengganggu operasional rumah sakit. Meski dalam kondisi penuh, rumah sakit tidak boleh menolak pasien. Di sisi lain, stok oksigen dan obatan-obatan pun mulai menipis. “Beberapa hari lalu, saya konfirmasi ke pihak rumah sakit, stok obat-obatan masih cukup hingga tiga bulan ke depan. Namun jika terus-menerus seperti ini perlu solusi lain,” pungkasnya. (fin/yok/py)