Terletak di bagian Barat Kabupaten Bogor, tepatnya di Kampung Cublek, Desa Bagoang, Kecamatan Jasinga, terdapat sentra pembuatan golok yang diyakini merupakan warisan turun-temurun milik leluhur China bernama Cheng Lim. Selain dikenal dengan ketajaman dan khasnya, golok buatan Tan Cheng Lim ini populer hingga wilayah Timur Indonesia. KETUA RT 04/02, Mamat, mengisahkan bahwa kemunculan Golok Cheng Lim ini berawal pada masa penjajahan pada 1983. Setelah banyak pabrik karet swasta yang dirusak dan dikuasai Jepang, para penduduk menguasai seluruh pabrik bekas Belanda yang mayoritas pekerjanya ber-etnis Tionghoa dari Tangerang. Para pekerja tersebut tinggal di sebuah desa yang bernama Tarisi secara berkelompok dengan beberapa kepala keluarga. Saat itu, kata Mamat, Kepala Desa Tarisi, Sanusi, diminta pemerintah Jepang untuk membuat bayonet (pisau untuk ujung senapan, red) demi memenuhi kebutuhan militer Jepang. Sanusi menunjuk Tan Cheng Lim, salah seorang pekerja ber-etnis Tionghoa untuk membuat senjata tersebut. Pada Agustus 1945, Jepang akhirnya menyerahkan diri, lalu produksi pembuatan pisau diganti dengan pembuatan golok. Golok buatan Tan Cheng Lim ini mempunyai bentuk dan corak yang khas. Perpaduan corak pribumi dan Tionghoa menjadi ciri khas dari golok ini. Pun dengan sangkar dan gagang yang khusus menggunakan kayu jenis Ki Areng. Kendati demikian, tidak ada label ataupun merek yang tercantum di golok tersebut. Hanya terdapat kode dengan tulisan IIXII di bagian punggung golok tersebut. Cheng Lim berpikir apabila terjadi sesuatu yang fatal dan ditemukannya barang bukti golok ini, maka tidak dapat terlacak dari mana golok ini berasal. Setelah wafatnya Tan Cheng Lim, produksi golok dilanjutkan putranya bernama Tan Soe Hay. Kepopuleran golok buatan Tan Cheng Lim terus berkembang pesat hingga saat ini. Bahkan tak jarang orang dari luar pulau Jawa turut memesan goloknya. Pemesanan dapat dilakukan melalui media sosial, seperti Facebook, Instagram ataupun Whatsapp. Tak hanya sebagai alat potong, para pemesan biasanya menjadikan golok ini sebagai hiasan. Pemesan dapat meminta sendiri model yang diinginkan sesuai keinginan. Kisaran harga yang ditawarkan bervariasi, tergantung model dan kerumitan yang diinginkan. Biasanya beberapa model dipasarkan dengan harga Rp250.000–Rp900.000, bahkan dapat mencapai Rp1 juta. Pecinta golok asal Bogor Barat, H Mumuh, angkat bicara soal golok yang memiliki ciri khas titik-titik putih kembang di gagang dan sarungnya tersebut. Ia mengaku sudah jatuh cinta dengan golok sejak kecil. ”Golok Tarisi ini memiliki ketebalan dan kerapian yang bagus. Bahkanbketajamannya sangat luar biasa,” ujarnya. Ia menjelaskan, di rumahnya ada beberapa koleksi golok yang sengaja disimpan untuk diperkenalkan kepada generasi muda terkait salah satu senjata tradisional bangsa ini. ”Saya memiliki beberapa koleksi seperti dari golok ciomas, tarisi, jasinga, panjaungan,” pungkasnya. (eka/py)