Senin, 22 Desember 2025

Legenda Golok Cheng Lim Tarisi Terus Eksis di Tengah Pandemi, Ditakuti Belanda, Diburu Jawara

- Senin, 13 September 2021 | 11:01 WIB

Terletak di bagian Barat Kabupaten Bogor, tepatnya di Kampung Cublek, Desa Bagoang, Kecamatan Jasinga, terdapat sentra pembuatan golok yang diyakini merupakan warisan turun-temurun milik leluhur China bernama Cheng Lim. Selain dikenal dengan ketajaman dan khasnya, golok buatan Tan Cheng Lim ini populer hingga wilayah Timur Indonesia. KETUA RT 04/02, Mamat, mengisahkan bahwa kemun­culan Golok Cheng Lim ini berawal pada masa penjajahan pada 1983. Setelah banyak pabrik karet swasta yang di­rusak dan dikuasai Jepang, para penduduk menguasai seluruh pabrik bekas Belanda yang mayoritas pekerjanya ber-etnis Tionghoa dari Tang­erang. Para pekerja tersebut tinggal di sebuah desa yang bernama Tarisi secara berkelompok dengan beberapa kepala kelu­arga. Saat itu, kata Mamat, Kepala Desa Tarisi, Sanusi, diminta pemerintah Jepang untuk membuat bayonet (pi­sau untuk ujung senapan, red) demi memenuhi kebutuhan militer Jepang. Sanusi menunjuk Tan Cheng Lim, salah seorang pekerja ber-etnis Tionghoa untuk mem­buat senjata tersebut. Pada Agustus 1945, Jepang akhirnya menyerahkan diri, lalu produksi pembuatan pi­sau diganti dengan pembua­tan golok. Golok buatan Tan Cheng Lim ini mempunyai bentuk dan corak yang khas. Perpaduan corak pribumi dan Tionghoa menjadi ciri khas dari golok ini. Pun dengan sangkar dan gagang yang khu­sus menggunakan kayu jenis Ki Areng. Kendati demikian, tidak ada label ataupun merek yang tercantum di golok tersebut. Hanya terdapat kode dengan tulisan IIXII di bagian pung­gung golok tersebut. Cheng Lim berpikir apabila terjadi sesuatu yang fatal dan dite­mukannya barang bukti golok ini, maka tidak dapat terlacak dari mana golok ini berasal. Setelah wafatnya Tan Cheng Lim, produksi golok dilanjut­kan putranya bernama Tan Soe Hay. Kepopuleran golok buatan Tan Cheng Lim terus ber­kembang pesat hingga saat ini. Bahkan tak jarang orang dari luar pulau Jawa turut memesan goloknya. Pemes­anan dapat dilakukan melalui media sosial, seperti Facebook, Instagram ataupun Whatsapp. Tak hanya sebagai alat po­tong, para pemesan biasanya menjadikan golok ini sebagai hiasan. Pemesan dapat me­minta sendiri model yang diinginkan sesuai keinginan. Kisaran harga yang ditawarkan bervariasi, tergantung model dan kerumitan yang diingin­kan. Biasanya beberapa mo­del dipasarkan dengan harga Rp250.000–Rp900.000, bahkan dapat mencapai Rp1 juta. Pecinta golok asal Bogor Barat, H Mumuh, angkat bi­cara soal golok yang memi­liki ciri khas titik-titik putih kembang di gagang dan sarungnya tersebut. Ia menga­ku sudah jatuh cinta dengan golok sejak kecil. ”Golok Ta­risi ini memiliki ketebalan dan kerapian yang bagus. Bahkan­bketajamannya sangat luar biasa,” ujarnya. Ia menjelaskan, di rumahnya ada beberapa koleksi golok yang sengaja disimpan untuk diperkenalkan kepada gene­rasi muda terkait salah satu senjata tradisional bangsa ini. ”Saya memiliki beberapa ko­leksi seperti dari golok ciomas, tarisi, jasinga, panjaungan,” pungkasnya. (eka/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X