Imbas pandemi Covid-19, seluruh sektor kehidupan sehari-hari sangat terganggu. Mulai dari ekonomi dan pendidikan, tak terkecuali sektor pariwisata. Salah satu pariwisata di Kecamatan Babakanmadang Kabupaten Bogor, Jungleland, terpaksa tutup demi menghindari penyebaran virus corona. HAMPIR satu tahun lebih Jungleland harus menutup diri dari ramainya suara teriakan pengunjung yang sedang menikmati wahana yang ada. Namun hingga saat ini di depan Jungleland masih ada orang-orang yang berjuang mendapatkan rezeki dengan berjualan kopi, minuman dingin dan menjual mi instan. Salah seorang penjual di depan Jungleland, Nuraeni (54), menuturkan penurunan omzet yang ia dapatkan pasca-tutupnya Jungleland. Wanita yang kerap disapa Mpok Nur itu menjelaskan, jantung kehidupan di keluarganya adalah dari gerobak oren yang diparkir di depan wisata Jungleland sejak Jungleland berdiri. ”Saya jualan di sini sudah dari awal tempat ini (Jungleland, red) dibuka. Dari jualannya saya pikul sampai punya gerobak, dari kedua anak saya belum pada nikah, sampai kedua anak saya nikah. Semua biayanya dari berjualan di sini,” tutur Mpok Nur kepada Metropolitan, belum lama ini. Tutupnya Jungleland tidak membuatnya harus menutup warung miliknya. Sebab, setiap hari ada saja yang datang ke depan pintu masuk Jungleland hanya sekadar foto-foto ria di depan patung bola besar bertuliskan Jungleland. ”Kalau setiap Sabtu apa Minggu lebih ramai lagi, ya Alhamdulillah. Walaupun yang didapat tidak sebanyak ketika Jungleland buka, kalau yang beli sih ada saja,” sambungnya. Pantauan Metropolitan, ada delapan gerobak yang sama dengan milik Mpok Nur beradu nasib di depan tempat wisata yang tutup, berharap orang datang dan membeli dagangannya. Saat disambangi, beberapa konstruksi bangunan Jungleland sudah ambruk di makan zaman karena tidak adanya rekonstruksi pada bangunan tersebut. Namun terlihat juga beberapa orang sengaja datang bersama keluarga bermain di depan halaman luas pintu masuk Jungleland. Ada juga klub motor yang silih berganti memarkirkan motornya di bawah patung bola bertuliskan Jungleland itu. Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Deni Humaedi Alkasembawa, mengatakan, imbas tutupnya Jungleland, pihaknya belum secara langsung berkomunikasi kembali dengan pihak Jungleland untuk mengerti secara detail kondisi terkini masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari tempat wisata tersebut. Deni mengatakan, dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan monitoring khusus ke Jungleland untuk melihat langsung kondisi terkini tempat wisata yang hampir dua tahun ini tutup imbas Covid-19. ”Kita akan coba. Kalau untuk wisata seperti Jungleland itu kan belum boleh. Semoga ke depan ada harapan dan perbaikan kondisi. Artinya, kasusnya kecil, jangkauan vaksinasi lebih luas menuju herd imunity bagus. Nanti mungkin di akhir atau awal bulan kita cek ke sana untuk komunikasi lebih lanjut sambil monitoring,” ujarnya. Dalam meningkatkan kembali pariwisata di Kabupaten Bogor, Disbudpar Kabupaten Bogor akan terus mengikuti dan melaksanakan kebijakan nasional sesuai kebijakan daerah yang ada. ”Alhamdulillah secara perlahan mulai membaik, walau ada beberapa tempat wisata sementara masih ditutup. Hasil pantauan okupansi hotel mulai meningkat, restoran sudah menggeliat, tempat wisata konservasi hewan dan tumbuhan agak membaik,” ungkap Deni. Saat ini Disbudpar Kabupaten Bogor tengah meningkatkan komunikasi dan motivasi melalui Persatuan Hotel Republik Indonesia (PHRI) Kabupaten Bogor dan wadah-wadah pelaku usaha di bidang pariwisata. ”Untuk desa wisata walau belum boleh buka, kami tetap memancarkan komunikasi dan pembinaan, sehingga ketika masuk pada level yang lebih baik sudah siap,” pungkasnya.(cr1/c/eka/py)