Sejumlah peneliti dari Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan pemeriksaan dan pengawasan pohon di kawasan Kebun Raya Bogor (KRB). Pemeriksaan dilakukan dengan alat dan metode khusus untuk mengantisipasi terjadinya pohon tumbang akibat keropos, terutama saat kondisi cuaca ekstrem di wilayah Bogor. KOORDINATOR Tim Analis Kesehatan Pohon dan Peneliti di Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Badan Riset Inovasi Nasional, Rizmoon Nurul Zulkarnen, mengatakan, pemeriksaan tersebut rutin dilakukan guna mengecek kesehatan pohon dan koleksi pohon di Kebun Raya Bogor. Dalam pemeriksaan itu, pihaknya menggunakan sejumlah metode yakni metode visual dengan form khusus untuk menilai kerusakan yang dimodifikasi dari International Society of Arboriculture (ISA). Bahkan dalam kasus tertentu, peneliti biasanya menggunakan metode FHM atau Forest Health Monitoring. “Kedua metode itu esensinya sama, yaitu untuk mendeskripsikan kerusakan yang terjadi pada akar, batang dan tajuk percabangan,” katanya. Selain menggunakan metode visual, peneliti juga menggunakan alat bernama Picus Sonic Tomograph yang merupakan alat canggih buatan Jerman yang digunakan untuk mengetahui persentase kelapukan atau keropos yang terjadi pada pohon. “Hingga triwulan ketiga tahun ini ada 185 pohon yang menjadi koleksi di Kebun Raya Bogor sudah dicek kesehatannya,” ujarnya. Dari hasil pengecekan kesehatan pohon tersebut, pihaknya memberikan sejumlah rekomendasi penanganan berupa pemangkasan ranting, pemotongan batang dan penebangan total (tebang habis, red). Namun penindakan tersebut sangat dihindari, karena ada kepentingan konservasi yang lebih utama. “Tapi jika terpaksa karena ada aspek keselamatan nyawa, maka tindakan pemangkasan berat dengan menyisakan 4-6 meter batang utama atau tebang habis akan dilakukan,” terangnya. Lalu, pihaknya juga merekomendasi perbanyakan koleksi harus disertakan agar Kebun Raya Bogor tidak kehilangan materil koleksi. Dengan pertimbangan rekomendasinya, melihat objek tumbuhannya, bagaimana status konservasinya dan status koleksinya di kebun raya. “Kami juga akan melihat lokasi tempat tumbuhnya juga menjadi pertimbangan dalam rekomendasi, jika lokasi tumbuhan sangat jauh di dalam dan jarang dilewati/dikunjungi pengunjung,” katanya. Selain itu, pihaknya juga meminta pertimbangan tim kurator koleksi dalam menentukan pertimbangan rekomendasi jika diperlukan. “Tim kurator beranggotakan senior-senior peneliti kebun raya yang notabene lebih paham dan mengerti kondisi koleksi tumbuhan kebun raya,” katanya. Sementara itu, ada lima zona di areal KRB yang harus dihindari pengunjung. Lima lokasi itu adalah Jalan Astrid, Jalan Kenari 1, Jalan Kenari 2, sekitar kantor KRB dan dekat Griya Anggrek. “Kita pasang pembatas di lima zona tersebut agar pengunjung tidak mendekati lokasi itu atau menggelar acara di tempat tersebut,” katanya. Hingga kini KRB memiliki koleksi 222 famili, 1.259 marga, 3.423 jenis, 13.563 spesimen yang ditanam di atas areal kebun seluas 87 hektare. Adanya polusi udara, aktivitas manusia dan faktor biologi serta usia pohon di KRB yang semakin meningkat, diduga mengakibatkan penurunan kualitas pohon KRB. Penurunan kualitas KRB dapat dilihat dari tingkat kerusakan yang diderita pohon-pohon penyusunnya. Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan adanya penyakit, serangga hama, gulma, api cuaca, satwa maupun akibat kegiatan manusia. (rez/eka/py)