Polresta Bogor Kota berencana memensiunkan dini semua ‘pak ogah’ di wilayahnya. Keputusan ini diambil melalui inovasi Zebra Zero Pak Ogah (Zeprah) yang ada dalam Program Zebra Lodaya 2021 milik Polresta Bogor Kota. “INI adalah hari pertama pelaksanaan Zebra Lodaya 2021, sesuai amanat Pak Kapolda Jabar dan Kapolresta Bogor Kota. Saat ini kita melaksanakan inovasi namanya Zeprah,” terang Kasat Lantas Polresta Bogor Kota, AKP Galih Apria, kepada wartawan, Senin (15/11). “Artinya, mulai hari ini mereka (pak ogah, red) istirahat, tidak ada kegiatan. Kita menghentikannya tidak secara sporadis, melainkan secara kekeluargaan. Kita berikan bantuan dan sumbangan serta kita catat nomor HP mereka untuk dijadikan sahabat kita,” bebernya. Saat pihaknya menyosialisasikan inovasi Zeprah ini, sambung Galih, mereka sudah memahami bahwa ‘pak ogah’ bukan profesi. Sementara dalam pelaksanaan Zeprah ini, pihaknya tidak memaksa para ‘pak ogah’. “Insya Allah mulai hari ini zero ‘pak ogah’, karena masyarakat sudah paham dan disiplin berlalu lintas,” ujarnya. Soal lokasi ‘pak ogah’ yang disasar, jelas Galih, program ini berlaku se-Kota Bogor. Akan tetapi atas arahan pimpinannya saat ini, pihaknya lebih menekankan pada giat preentif dan giat sosial. Yakni pembagian sembako di titik-titik atau area yang tak tersentuh juga para pengguna jalan, baik tukang ojek, tukang becak, PKL dan sebagainya. “Itu yang kita prioritaskan mendapatkan sembako. Semua penekanannya, di titik semua,” terangnya. Saat disinggung mengenai mereka yang mencari nafkah menjadi ‘pak ogah’, tambah dia, ‘pak ogah’ bukan pokok mencari uang dan sebagainya. Sebab yang namanya mencari nafkah itu sama dengan pencari kebutuhan pokok. Untuk itu, pihaknya sepakat menghentikan itu semua. “Kita tidak menghentikan segampang itu. Peran serta dari masyarakat, pelaporan di titik-titik mana itu sangat penting. Nanti kita berikan bantuan sosial,” bebernya. “(Intinya) Kita rangkul mereka, sehingga nanti mereka bisa kita ajak beraktivitas yang lebih baik dan bermanfaat,” lanjutnya. “Ya mudah-mudahan kita rangkul satu-satu mereka jadi sahabat kita, banyak pekerjaan-pekerjaan kita bisa seperti mereka ahli di bidang bangunan dan sebagainya, bisa kita arahkan ke hal-hal yang positif,” tuturnya. Sementara itu, pria yang sehari-hari bekerja mengatur lalu lintas di simpang Jalan Baru Sholeh Iskandar, Ahmad Reza (30), mengaku pasrah. Saat nanti ke depan sembako sudah habis, keluarganya mau makan apa. Sedangkan di tengah pandemi saat ini, mencari pekerjaan begitu sulit. ”Kita hanya butuh sembako. Keluarga saya butuh makan. Pekerjaan ini sudah saya lakukan sejak 5 tahun silam. Nanti anak-anak saya mau makan apa kalau sudah tidak ada sembako,” keluhnya. Reza menambahkan, pemerintah seharusnya memberikan lapangan pekerjaan sebelum memberantas ’pak ogah’ di simpang jalan. “Sudah payah makin susah deh,” pungkasnya.(rez/eka/py)